Karakteristik Piutang Dagang dan Metode Penghapusan Piutang
Artikel ini akan membahas mengenai piutang usaha. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan karakteristik piutang dagang mahasiswa mampu memahami metode penghapusan piutang dan pencatatannya. Adapun penggolongan piutang adalah sebagai berikut:
Piutang Usaha
Transaksi paling umum yang menghasilkan piutang adalah penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang semacam ini biasanya diharapkan dapat ditagih dalam waktu dekat, misalnya 30 atau 60 hari. Piutang dicatat sebagai debit pada akun Piutang Usaha (accounts receivable). Piutang ini digolongkan sebagai aset lancar di neraca.
image source: kalilassociates.com |
baca juga: Memahami Cara Pengendalian Internal Kas Kecil (Petty Cash)
Wesel Tagih
Wesel Tagih (notes receivable) adalah pernyataan jumlah utang pelanggan dalam bentuk tertulis yang formal. Selama diharapkan dapat ditagih dalam waktu setahun, wesel tagih biasanya digolongkan sebagai aset lancar di neraca.
Wesel tagih dapat digunakan untuk melunasi piutang pelanggan. Wesel tagih dan piutang usaha yang dihasilkan dari transaksi penjualan kadan disebut piutang dagang (trade receivables). Kecuali dinyatakan lain, kita akan mengasumsikan bahwa seluruh wesel tagih dan piutang usaha yang dibahas di bab ini berasal dari transaksi penjualan.
Piutang Lainnya
Piutang lainnya biasanya dikelompokkan secara terpisah di neraca. Jika piutang tersebut diharapkan akan ditagih dalam waktu satu tahun, maka digolongkan sebagai aset lancar. Jika diperkirakan tertagih lebih dari setahun, maka digolongkan sebagai aset tidak lancar dan dilaporkan di bawah pos Investasi. Piutang Lainnya mencakup piutang bunga, piutang pajak, dan piutang karyawan.
Piutang Tak Tertagih
Di bab-bab sebelumnya, kita telah belajar akuntansi untuk transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Hal penting yang belum kita bahas adalah sebagai pelanggan mungkin tidak akan membayar utang mereka. Dengan demikian, sebagian piutang menjadi tak tertagih.
Tanpa melihat bagaimana yang dipakai dalam memberikan kredit dan prosedur penagihan yang digunakan, sebagian dari penjualan secara kredit tidak akan bisa ditagih. Beban operasi yang dicatat dari piutang tak tertagih disebut beban piutang tak tertagih (bad debt expense). Istilah lainnya adalah beban piutang ragu-ragu.
Karakteristik Piutang Dagang dan Metode Penghapusan Piutang dan Pencatatannya - Terdapat dua metode akuntansi untuk piutang tak tertagih: metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. Metode penghapusan langsung (direct write-off method) mencatat beban piutang tak tertagih hanya pada saat suatu piutang dianggap benar-benar tak tertagih. Metode penyisihan (allowance method) mencatat beban piutang tak tertagih dengan mengestimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode akuntansi.
Metode Penghapusan Langsung untuk Piutang Tak Tertagih
Pada metode penghapusan langsung, Beban Piutang Tak Tertagih tidak akan dicatat sampai piutang pelanggan dianggap benar-benar tidak bisa ditagih. Pada saat itu, piutang pelanggan akan dihapus.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan piutang sebesar Rp4.200.000 atas nama Salon Rosana diputuskan tidak dapat ditagih. Ayat jurnal untuk menghapus piutang tak tertagih adalah sebagai berikut:
Mei | 10 | Beban Piutang Tak Tertagih | 4.200.000 | ||
Piutang Usaha - Salon Rosana | 4.200.000 |
Apa yang terjadi bila piutang usaha yang telah dihapus, ternyata kemudian dapat ditagih? Dalam kasus tersebut, piutang akan dicatat kembali dengan sebuah ayat jurnal yang membalik ayat jurnal penghapusan piutang. Kas yang diterima dalam pembayaran kemudian dicatat sebagai penerimaan atas pembayaran piutang.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa utang Salon Rosana sebesar Rp4.200.000 yang telah dihapus pada tanggal 10 Mei dalam ayat jurnal sebelumnya, kemudian dapat ditagih pada tanggal 21 November. Ayat jurnal untuk mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan dan penerimaan kas atas pembayaran piutang tersebut adalah sebagai berikut:
Metode Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih
Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa Perusahaan IndoToner memulai operasinya pada bulan Agustus dan memilih menggunakan tahun kalender sebagai tahun fiskalnya. Pada tanggal 31 Desember 2009, IndoToner memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp1.000.000.000 termasuk beberapa piutang yang telah lewat jatuh temponya. Akan tetapi, IndoToner belum mengetahui piutang pelanggan mana yang dianggap tak tertagih. Berdasarkan data industry sejenis, IndoToner mengestimasi sebesar Rp40.000.000 dari piutang usahanya yang tidak akan dapat ditagih. Dengan menggunakan estimasi ini, ayat jurnal penyesuaian berikut ini dibuat pada tanggal 31 Desember 2009:
Karena pengurangan sebesar Rp40.000.000 dalam piutang merupakan angka estimasi, maka jumlah ini tidak dapat dikurangkan atau dikreditkan dari akun pelanggan tertentu. Sebagai gantinya, aset kontra yang disebut Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Allowance for Doubtful Accounts) dikreditkan.
Sama seperti jurnal penyesuaian lainnya, ayat jurnal penyesuaian tersebut akan memengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Pertama, ayat jurnal penyesuaian mencatat Beban Piutang Tak Tertagih sebesar Rp40.000.000 yang akan dipadankan atau ditandingkan dengan pendapatan terkait periode tersebut di laporan laba rugi. Kedua, ayat jurnal penyesuaian mengurangi nilai piutang yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi kas. Jumlah ini, yaitu Rp960.000.000 (Rp1.000.000.000 – Rp40.000.000), disebut nilai realisasi bersih (net realizable value) dari piutang, yang akan dilaporkan di neraca.
Penghapusan Langsung ke Akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Saat piutang pelanggan diputuskan sebagai tak tertagih, piutang akan dihapus langsung kea kun Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Dalam hal ini, perusahaan harus menghapus jumlah piutang, baik dari akun Piutang Usaha maupun dari akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Sebagai contoh, pada tanggal 21 Januari 2010, piutang Johan Pariang sebesar Rp6.000.000 kepada IndoToner dihapus sebagai berikut:
Mengestimasi Jumlah Piutang Tak Tertagih
Metode penyisihan mengestimasi jumlah beban piutang tak tertagih pada akhir periode. Terdapat dua metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode. Estimasi tersebut dapat dibuat berdasarkan (1) persentase penjualan atau (2) analisis piutang.
Estimasi Berdasarkan Persentase Penjualan Karena piutang usaha terjadi akibat penjualan secara kredit, maka beban piutang tak tertagih dapat diestimasi sebagai persentase dari penjualan. Sebagai ilustrasi, diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2010, Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk Perusahaan IndoToner memiliki saldo kredit sebesar Rp3.250.000. Selain itu, IndoToner mengestimasi bahwa 1,5% dari penjualan secara kredit selama tahun 2010 tidak akan tertagih. Jika penjualan secara kredit untuk tahun tersebut sebesar Rp3.000.000.000, ayat jurnal penyesuaian untuk piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember adalah sebagai berikut:
Setelah ayat jurnal penyesuaian sebelumnya dipindahkan ke buku besar, Beban Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo sebesar Rp45.000.000, dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo sebesar Rp48.250.000, seperti ditunjukkan berikut ini:
Estimasi Berdasarkan Analisis Piutang Semakin lama piutang tidak dilunasi, semakin kecil kemungkinan piutang akan tertagih. Oleh karena itu, kita dapat mengestimasi jumlah piutang tak tertagih dengan melihat berapa lama piutang tertentu belum dilunasi. Untuk keperluan ini, kita dapat melakukan proses yang disebut menghitung umur piutang (aging the receivables).
Piutang dihitung umurnya dengan cara menyiapkan daftar yang mengklasifikasikan piutang setiap pelanggan berdasarkan tanggal jatuh temponya. Jumlah hari suatu piutang yang telah lewat jatuh tempo adalah selisih antara tanggal piutang jatuh tempo dengan tanggal saat daftar umur piutang disiapkan. Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa PT Rawasari menyiapkan daftar umur piutang berjumlah Rp86.300.000 pada tanggal 31 Agustus 2010. Piutang Subang Jati sebesar Rp160.000 telah jatuh tempo pada tanggal 29 Mei. Pada tanggal 31 Agustus 2010, piutang Subang Jati telah lewat jatuh tempo selama 94 hari, seperti ditunjukkan dibawah ini:
Untuk PT Rawasari, saldo Penyisihan Piutang Tak Tertagih yang diharapkan per 31 Agustus adalah Rp3.390.000.
Setelah ayat jurnal penyesuaian sebelumnya dipindahkan ke buku besar, Beban Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo Rp2.880.000, dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo Rp3.390.000, seperti ditunjukkan berikut ini.
Seperti ditunjukkan di atas, setelah penyesuaian dicatat, saldo beban piutang tak tertagih adalah Rp2.880.000, dan saldo penyisihan piutang tak tertagih adalah Rp3.390.000). Nilai realisasi bersih dari piutang menjadi Rp82.910.000 (Rp86.300.000 – Rp 3.390.000).
Jika saldo penyisihan piutang tak tertagih yang belum disesuaikan adalah saldo debit Rp300.000, jumlah penyesuaian akan menjadi Rp3.390.000 + Rp300.000). Dalam hal ini, beban piutang tak tertagih akan menjadi Rp3.690.000, tetapi saldo akun Penyisihan akan tetap sebesar Rp3.390.000, seperti ditunjukkan berikut ini.
Sama seperti jurnal penyesuaian lainnya, ayat jurnal penyesuaian tersebut akan memengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Pertama, ayat jurnal penyesuaian mencatat Beban Piutang Tak Tertagih sebesar Rp40.000.000 yang akan dipadankan atau ditandingkan dengan pendapatan terkait periode tersebut di laporan laba rugi. Kedua, ayat jurnal penyesuaian mengurangi nilai piutang yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi kas. Jumlah ini, yaitu Rp960.000.000 (Rp1.000.000.000 – Rp40.000.000), disebut nilai realisasi bersih (net realizable value) dari piutang, yang akan dilaporkan di neraca.
Penghapusan Langsung ke Akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Saat piutang pelanggan diputuskan sebagai tak tertagih, piutang akan dihapus langsung kea kun Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Dalam hal ini, perusahaan harus menghapus jumlah piutang, baik dari akun Piutang Usaha maupun dari akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Sebagai contoh, pada tanggal 21 Januari 2010, piutang Johan Pariang sebesar Rp6.000.000 kepada IndoToner dihapus sebagai berikut:
Metode penyisihan mengestimasi jumlah beban piutang tak tertagih pada akhir periode. Terdapat dua metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode. Estimasi tersebut dapat dibuat berdasarkan (1) persentase penjualan atau (2) analisis piutang.
Estimasi Berdasarkan Persentase Penjualan Karena piutang usaha terjadi akibat penjualan secara kredit, maka beban piutang tak tertagih dapat diestimasi sebagai persentase dari penjualan. Sebagai ilustrasi, diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2010, Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk Perusahaan IndoToner memiliki saldo kredit sebesar Rp3.250.000. Selain itu, IndoToner mengestimasi bahwa 1,5% dari penjualan secara kredit selama tahun 2010 tidak akan tertagih. Jika penjualan secara kredit untuk tahun tersebut sebesar Rp3.000.000.000, ayat jurnal penyesuaian untuk piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember adalah sebagai berikut:
Setelah ayat jurnal penyesuaian sebelumnya dipindahkan ke buku besar, Beban Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo sebesar Rp45.000.000, dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo sebesar Rp48.250.000, seperti ditunjukkan berikut ini:
Estimasi Berdasarkan Analisis Piutang Semakin lama piutang tidak dilunasi, semakin kecil kemungkinan piutang akan tertagih. Oleh karena itu, kita dapat mengestimasi jumlah piutang tak tertagih dengan melihat berapa lama piutang tertentu belum dilunasi. Untuk keperluan ini, kita dapat melakukan proses yang disebut menghitung umur piutang (aging the receivables).
Piutang dihitung umurnya dengan cara menyiapkan daftar yang mengklasifikasikan piutang setiap pelanggan berdasarkan tanggal jatuh temponya. Jumlah hari suatu piutang yang telah lewat jatuh tempo adalah selisih antara tanggal piutang jatuh tempo dengan tanggal saat daftar umur piutang disiapkan. Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa PT Rawasari menyiapkan daftar umur piutang berjumlah Rp86.300.000 pada tanggal 31 Agustus 2010. Piutang Subang Jati sebesar Rp160.000 telah jatuh tempo pada tanggal 29 Mei. Pada tanggal 31 Agustus 2010, piutang Subang Jati telah lewat jatuh tempo selama 94 hari, seperti ditunjukkan dibawah ini:
Untuk PT Rawasari, saldo Penyisihan Piutang Tak Tertagih yang diharapkan per 31 Agustus adalah Rp3.390.000.
Setelah ayat jurnal penyesuaian sebelumnya dipindahkan ke buku besar, Beban Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo Rp2.880.000, dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo Rp3.390.000, seperti ditunjukkan berikut ini.
Seperti ditunjukkan di atas, setelah penyesuaian dicatat, saldo beban piutang tak tertagih adalah Rp2.880.000, dan saldo penyisihan piutang tak tertagih adalah Rp3.390.000). Nilai realisasi bersih dari piutang menjadi Rp82.910.000 (Rp86.300.000 – Rp 3.390.000).
Jika saldo penyisihan piutang tak tertagih yang belum disesuaikan adalah saldo debit Rp300.000, jumlah penyesuaian akan menjadi Rp3.390.000 + Rp300.000). Dalam hal ini, beban piutang tak tertagih akan menjadi Rp3.690.000, tetapi saldo akun Penyisihan akan tetap sebesar Rp3.390.000, seperti ditunjukkan berikut ini.
Tabel berikut ini merangkum perbedaan antara metode persentase penjualan dan metode analisis piutang.
Metode Persentase Penjualan | Metode Analisis | |
Penekanan pada laporan keuangan | Laporan laba rugi | Neraca |
Fokus estimasi | Beban Piutang Tak Tertagih | Penyisihan Piutang Tak Tertagih |
Hasil akhir estimasi | Penyisihan Piutang Tak Tertagih | Beban Piutang Tak Tertagih |
Membandingkan Metode Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan
Di bagian ini, kita kan belajar dan membandingkan ayat jurnal untuk metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. Sebagai dasar ilustrasi, kita akan menggunakan transaksi yang diambil dari catatan PT Hanifah untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2009:
1 Mar. Menghapus piutang C. Yanuar, Rp3.650.000.
12 Apr Menerima pembayaran sebagai piutang sebesar Rp2.250.000 dari total piutang Karina Budiman sebesar Rp5.500.000, dan menghapus sisa piutang yang dianggap tak tertagih.
22 Juni Menerima pembayaran piutang sebesar Rp3.650.000 dari C. Yanuar yang telah dihapuskan tanggal 1 Maret. Mencatat kembali piutang C. Yanuar dan menerima pembayaran kas.
7 Sep. Menghapus piutang berikut yang dianggap tak tertagih (catat dalam satu ayat jurnal):
Jason Bimasakti Rp1.100.000 Sandy Nurmila Rp1.360.000
Santoso Budiman Rp2.220.000 Amir Wicaksana Rp 990.000
Sari Nuriah Rp 750.000
31 Des. PT Hanifah menggunakan metode persentase dari penjualan kredit untuk mengestimasi beban piutang tak tertagih. Berdasarkan sejarah masa lalu dan rata-rata industry, 1,25% dari penjualan kredit selama tahun 2009 sebesar Rp3.400.000.000.
Sekian artikel tentang Karakteristik Piutang Dagang dan Metode Penghapusan Piutang dan Pencatatannya.
Daftar Pustaka
- Ikatan Akuntan Indonesia, Revisi 2010, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta
- Reeve, James M., Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf, Chaerul D. Djakman. (2009). Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia, Buku 1. Salemba Empat.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus