Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Pentingnya Belajar Filsafat Menurut Para Ahli

Modul MakalahMemahami Pentingnya Belajar Filsafat Menurut Para Ahli - Melihat definisi-definisi filsafat pada artikel sebelumnya, tampak bahwa filsafat memang sesuatu yang tidak riil bahkan beberapa orang menganggap bahwa definisi dari filsafat menggambarkan bahwa filsafat adalah sesuatu yang sangat kabur bahkan membingungkan. Memang definisi dari filsafat memang tidak dapat dioperasionalkan. Lalu pertanyaan selanjutnya yang mungkin muncul adalah mengapa kita perlu belajar filsafat.

Memahami Pentingnya Belajar Filsafat Menurut Para Ahli_
image source: www.binghamton.edu
baca juga: Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli Secara Etimologi dan Terminologi

Filsafat tidak membuat roti, Louis Katsoff menggambarkan filsafat demikian, Filsafat tidak memberikan petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, juga tidak melukiskan teknik – teknik tertentu. (Katsoff, 1996). Jika kita mencari filsafat untuk mencari jawaban atas pertanyaan – pertanyaan tertentu mungkin kita akan kecewa. Meskipun “filsafat tidak membuat roti” menurut Katsoff tetapi sesungguhnya filsafat mampu membantu manusia mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan itu, menemukan hakekatnya, memunculkan semua itu kedalam bentuk yang sistematis dan akhirnya filsafat akan membawa manusia kepada pemahaman dan pemahaman akan membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.

Tindakan layak yang seperti apa yang dimaksudkan dalam kalimat di atas digambarkan dalam paparan berikut. Pada masa seperti sekarang ini terjadi perubahan besar dalam cara manusia berpikir, menilai dan melakukan praktek kehidupan. Terjadi perubahan mengenai dasar-dasar kehidupan manusia dan masyarakat. Manusia memiliki kemampuan yang sangat besar untuk menguasai alam, memiliki pengetahuan yang sangat luas terhadap bidang sains dan teknologi, ilmu sosial, pendidikan, dll. Tetapi disamping itu manusia sebetulnya pada masa-masa seperti ini sedang mengalami kegelisahan karena apa yang mereka ketahui, mereka pikirkan tidak sesuai dengan kenyataan atau yang dialaminya. Pada saat –saat seperti ini tampaknya telah terjadi kondisi pengetahuan terpisah dari nilai, manusia telah sampai pada suatu kekuatan yang besar tetapi tanpa kebijaksanaan.

Kejadian-kejadian pada masa- masa sekarang menunjukkan adanya kecenderungan manusia mempraktekkan pengetahuan yang dimilikinya untuk sesuatu yang destruktif. Manusia telah mampu memperluas jangkauan dan kuantitas pengetahuannya tetapi belum mendekati ideal individualitas dan realisasi diri. Manusia telah menemukan cara untuk memperoleh keamanan dan kenyamanan tetapi sebetulnya pada saat yang sama mereka merasa tidak aman, risau karena mereka tidak yakin akan arti kehidupan serta tidak yakin atas pilihannya dalam kehidupan ini.

Oleh karena itu perlu kiranya manusia memikirkan, menanyakan kembali hal-hal yang ada sekarang ini dengan melalui filsafat.Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan sebagai langkah awal manusia berfilsafat ( Woodhouse, 1994; 56 – 70)

a. Filsafat mensyaratkan empat sikap batin yang mendukung komunikasi secara efektif yaitu
  • Keberanian untuk menguji secara kritis hal-hal yang kita yakini
  • Kesediaan untuk mengajukan hipotesa tentatif dan memberikan tanggapan awal terhadap suatu pertanyaan filsafat tidak perduli sekonyol apapun tampaknya tanggapan anda pada saat itu
  • Tekad untuk menempatkan upaya mencari kebenaran di atas kepuasan karena menang atau kecewa karena kalah dalam perdebatan
  • Kemampuan untuk memisahkan kepribadian sesorang dari materi diskusi. 

b. Berfilsafat adalah ketrampilan yang dikembangkan melalui praktek. Belajar filsafat dan berfilsafat secara bersamaan bahkan pendapat filosof besarpun harus kita uji kebenarannya.
c. Tidak diperkenankan berpegang pada pandangan pribadinya saja. Memang pandangan pribadi baik untuk merangsang sikap kritis tetapi tidak dapat dijadikan patokan untuk menilai berbagai argumen atau teori
d. Jangan mencampuradukkan berfilsafat dengan praktek psikologi. Sebagai contoh banyak orang yang mengkritris cara pandang orang lain dan mengatakan bahwa seseorang memiliki cara pandang seperti itu karena masa lalunya. Memang hal tersebut tidak salah tetapi tugas dari filsafat adalah bukan menganalisis seseorang secara psikologis tetapi lebih tepatnya filsafat adalah mengkritisi pandangan dari manusia lain dan memberikan pertimbangan terhadap pemikiran itu.
e. Filsafat memiliki dua sisi yaitu yang kritis dan yang konstruktif.Mengkritik sebuah teori berbeda dengan melakukan perbaikan terhadap teori tersebut.Metode yang digunakan lebih kepada kritis terhadap sesuatu karena kita harus belajar menganalisa berbagai sudut pandang filsafat/teori orang lain sebelum melakukan spekulasi teoritis sendiri serta melalui menyoroti kelemahan teori/filsafat orang lain suatu kerangka pandangan baru yang lebih baik akan muncul dengan sendirinya. Tetapi tentu saja harus tetap terbuka dengan adanya penemuan kreatif.
f. Pada saat melakukan klaim filsafat usahakan mengukur seberapa kuat kritik yang dimiliki. Hati – hati dalam hal ini karena kecenderungan manusia sangat suka mengkritisi pendapat orang lain bahkan tidak jarang mencoba mematahkan argumentasi orang lain dan menggantikannya dengan argumen yang baru dari hasil pemikirannya. Jawaban filsafat jarang berbentuk jawaban yang pasti ya atau tidak, banyak alternatif pandangan atau argumen karena tergantung dari sisi mana sebuah argumen dimunculkan. Sebagai seorang filsuf atau orang yang menggunakan cara berpikir filsafati, ekstrim dalam suatu pandangan dan mengklain bahwa kebenaran argumentasinya adalah tiada duanya sering membawa kepada kepicikan berpikir. Hendaknya seseorang secara hati – hati meneliti klaim yang diajukan orang lain maupun dirinya. Klaim hendaknya diteliti dengan pertanyaan dan pengujian lebih lanjut apakah klain tersebut didasari pemikiran empiris, apriori, atau normatif, 

Klaim empiris, jika tesis dapat difalsifikasi (diuji benar salahnya) dengan fakta hasil pengamatan atau percobaan maka klaim ini disebut dengan klaim empiris. Apakah klaim tersebut telah dilakukan observasi atau diuji terlebih dahulu kebenarannya? Adakah sesuatu dalam pengalaman kita yang membuktikan bahwa klaim itu salah?

Klaim apriori adalah klaim yang benar atau salahnya tidak ditentukan oleh pengamatan atau pengalaman melainkan hanya dapat diketahui oleh rasio atau intuisi intelektual. Klaim apriori berisi tentag keyakinan tentang sesuatu yang pasti atau tidak mungkin.

Klaim normatif. Kedua klaim di atas memiliki fungsi yang sama yaitu menyatakan sesuatu atau memberikan informasi tentang sesuatu sedangkan klaim normatif lebih kepada pedoman tentang tingkah laku. Seseorang yang mengajukan klaim normatif mengajukan rekomendasi atas diambilnya sebuah tindakan atau sikap tertentu. Klain ini memang tidak selalu dapat dikenali dengan jelas dan klaim ini muncul karena pertimbangan khusus.


Daftar Pustaka
  1. Kattsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2007 
  2. Langeveld, Menuju ke pemikiran Filsafat, PT.Pembangunan Jakarta, - 
  3. Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Sinar Harapan, Jakarta, 2001 
  4. Woodhouse, Mark B, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal, Kanisius, Yogyakarta, 2000

Posting Komentar untuk "Memahami Pentingnya Belajar Filsafat Menurut Para Ahli"