Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Taubat, Syarat-Syarat Taubat, dan Hikmah Taubat

Pengertian Taubat, Syarat-Syarat Taubat, dan Hikmah Taubat - Taubat adalah refleksi permintaan maaf dari seorang hamba kepada Allah (istifar) atas semua perbuatan dosa, kesalahan atau kekhilafan yang pernah dilakukan, baik kecil atau besar, baik yang nampak mapun taubat pada hakeketnya adalah kembali kepada Allah. Jika seorang hamba bertaubat hanya dengan meninggalkan hal-hal yang dilarang, sementara itu ia tidak melaksanakan semua perintan Allah, maka taubatnya tidak akan diterima. Sebab salah satu syarat diterimanya taubat adalah dengan mengerjakan semua ketaanan kepada-Nya. Allah telah berfirman

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Furqan: 70)

Sesungguhnya manusia yang gemar berbuat kemaksiatan berada dalam kebahagian semua yang bersifat sementara. Kondisi orang yang melakukan kemaksiatan diumpamakan seperti orang yang berada di tempat penyamakan kulit. Dia tidak merasakan bau busuknya kulit kecuali setelah keluar dari tempat itu. Allah akan sangat merasa sangat bahagia apabila ada seorang hamba mau bertaubat. Allah telah berfirman

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Q.S. Al-Baqarah: 222)

Taubat hendaknya dilakukan ketika seseorang tidak melaksanakan perintah Allah. Adapun perintah bertaubat mutlak bagi setiap muslim sebagi langkah awal menuju jalan yang diridhai-Nya.

Pengertian Taubat, Syarat-Syarat Taubat, dan Hikmah Taubat_

Syarat-Syarat Taubat

Sebagaian besar orang menyangka bahwa taubat maupun istifar hanya cukup dengan mengucapkan kalimat istifar. Tetapi kalimat tersebut sama sekali tidak membekas di dalam hati dan juga tidak berpengaruh dalam perbuatannya setelah bertaubat. Sesungguhnya istifar dan taubat seperti ini merupakan perbuatan orang-orang dusta.

Para ulama telah menjelaskan hakakat istifar dan taubat. Menurut Imam Nawawi, ada tiga syarat taubat yang harus dipenuhi seorang hamba jika telah berbuat dosa yang hanya hubungannya dengan Allah. Ketiga syarat tersebut adalah:
  1. Hendaknya orang tersebut menjauhi maksiat yang dia lakukan
  2. Dia harus menyesali perbuatan maksiat yang telah dia laksanakan.
  3. Dia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi

Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak diangap sah. Sementara jika dosa atau maksiat yang dilakukan ada kaitannya dengan hak manusia, maka ada syarat keempat yang harus dipenuhi selain ketiga syarat tersebut diatas, yakni hendaknya memenuhi hak orang yang dia sakiti. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya, maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman), tuduhan atau sejenisnya, maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau minta maaf, Jika berupa gibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf.

Hikmah Taubat

Hikmah yang bisa dipetik oleh seorang hamba dari berbuat taubat kepada Allah

a. Kembali ke jalan yang lurus

Manusia diciptakan Allah bukan untuk berbuat maksiat kepada-Nya. Akan tetapi manusia diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah. Allah berfirman. (Q.S.Az-Zariayat: 56)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

b. Taat dan patuh kepada Allah

Bertaubat sesungguhnya bentuk kepatuhan manusia kepada Allah. Allah berfirman. (Q.S. At-Tahrim:8)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,

c. Lari dari kezaliman menuju keberuntungan

Hakekat kezaliman adalah berpaling dari taubat. Seseorang dikatakan telah menzalimi dirinya sendiri ketika dia menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan, memperturutkan hawa dan melarang-Nya. Allah berfirman.

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur: 31)

d. Lari dari siksa dan menghancurkan dinding pemisah antara hamba dan Allah

Sesungguhnya bila kita bertaubat, berarti kita kembali kepada Allah, lari dari maksiat, lari dari godaan setan, dan lari dari hawa nafsu yang selalu mengajak kita dari kejahatan dan dosa untuk menuju kepada Allah. Dengan bertaubat kita juga membuka hijad (dinding pemisah) antara kita dengan Allah. Allah berfiraman. (Q.S. Az-Zariyat:50)

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

Artinya: Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.

Mari kita bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha) mulai saat ini, detik ini, sebelum ajal datang menjemput kita. Bualanglan permasalahan dari diri kita, kuatkan tekat, dan minta pertolongan dan perlindingan hanya pada-Nya.

RAJA’

Kata raja’ merupakan kata bahasa Arab yang berasal dari kata raja-yarju yang berarti harapan. Dalan Istilah agama, makna kata raja’ adalah harapan yang selalu dipanjarkan oleh seorang hamba kepada Allah.

Sikap raja’ kepada Allah akan mendapatkan ketenangan dan optimal dalam hidup. Mengapa demikian? Karena Allah adalah pemilik segala-galanya. Ia Mahatahu apa yang terbaik bagi kita. Semua tindakan-Nya teramat tepat, tidak mungkin salah. Karena itu, kita jangan salah menggantungkan harapan kepada diri sendiri atau makhluk lain. Semakin kuat harapan kita kepada Allah, maka akan semakin tenteram pula hidup ini. Sebaliknya, semakin berharap kepada makhluk, maka akan semalin gelisah hidup kita. Allah berfirman. (Q.S. Al-Hijr:56)

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ

Artinya: Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (Q.S. Al-hijr: 56)

Sikap raja’bisa juga memotivasi seseorang untuk selalu melakukan sebuah amal perbuatan. Karena biasanya orang akan bersemangat kalau akan mendapat keuntungan, baik yang bersifat materi maupun immmateri ( pahala).

Namun demikian, hendaknya seorang muslim tidak hanya mengembangkan sikap raja’. Para ulama mengajarkan, di samping memiliki harapan besar kepada Allah, seorang muslim hendaknya mengembangkan rasa khauf (takut kepada Allah). Adapun fungsi dari mengmbangkan rasa khaup dalam diri kita tedak lain adalah untuk menciptakan keseimbangan agar seseorang terpacu untuk melakukan amal saleh karena berharap ganjaran-Nya dan memiliki tekat menjauhi larangan-Nya karena takut azab dan murka Allah. Allah berfirman. (Q.S. Al-Kahf:110)

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Perasaan raja’ dan khauf hendaknya hanya ditujukan kepada Allah. Seorang muslim hendaklah menempatkan raja’ dan khauf secara seimbang dan proporsional. Biar terlalu besar raja’, dengan mengabaikan rasa khauf, maka seseorang cenderung menyepelekan amal baik, bahkan dirinya kan terkecoh dengan apa yang telah dia perbuat. Sebaliknya, bila terlaku khauf dengan mengabaikan raja’, seseorang akan cenderung mudah putus asa dan kehilangan rasa optimisme. Rasa takut (hauf) yang telalu berlebihan dapat menimbulkan rasa optimisme. Begitu pun sebaliknya, ada orang yang terlalu percaya diri, dia akan cenderung kurang memperhatikan aturan sehingga ibadahnya terkesan asal-asalan. Yang terbaik adalah memperlihatkan keseimbangan anatara raja’ dan khauf.

Sekian artikel tentang  Pengertian Taubat, Syarat-Syarat Taubat, dan Hikmah Taubat. Semoga bermanfaat.
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer