Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Aplikasi Search Engine Serta Contoh Permasalahannya

Memahami Aplikasi Search Engine Serta Contoh Permasalahannya - Beberapa tahun yang lalu ketika sebuah konferensi internasional berjudul “Bridging the Gap between Information Technology and Business” diselenggarakan oleh Harvard Business School di San Fransisco, Yahoo! memperkenalkan konsep searching engine-nya kepada para peserta. Tujuannya cukup sederhana, yaitu mencari investor yang mau menanamkan uangnya di perusahaan tersebut karena kebanyakan peserta konferensi adalah para investor kelas kakap. Yang terjadi adalah bahwa setelah konferensi yang dilaksanakan selama 3 (tiga) hari usai, tidak seorang investor-pun mengerti mengenai konsep bisnis yang ditawarkan oleh Yahoo!, walaupun secara intensif telah diterangkan pada setiap kesempatan yang ada. Lain dahulu lain sekarang.

Saat ini terlihat bagaimana orang-orang di seluruh dunia berlomba-lomba memburu saham perusahaan yang mengklaim dirinya telah memiliki lebih dari 50 juta pelanggan ini. Internet merupakan suatu tempat dimana berjuta-juta situs dapat diakses oleh berjuta-juta orang setiap harinya, tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Situs yang dikembangkan oleh berbagai orang dan perusahaan sangat beragam sifatnya, mulai dari yang hanya berisi data dan informasi ringkas mengenai profil sebuah organisasi sampai dengan yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk melaksanakan transaksi electronic commerce.

Permasalahan yang timbul adalah bahwa perkembangan internet yang sangat cepat (beberapa pakar mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah situs di internet bergerak secara eksponensial) telah mengakibatkan terjadinya banjir data dan informasi (information overloaded) sehingga sangat menyulitkan pengguna (user) dalam mencari data dan informasi yang diinginkan. Analogikan dengan sebuah jaringan televisi kabel yang memiliki satu juta channel yang berbeda. Bagaimana seseorang dapat mengetahui apakah ada channel yang menayangkan film favoritnya lengkap dengan jadwal dan lokasinya? Atau bayangkan sebuah perpustakaan negara yang memiliki koleksi satu milyar buku. Bagaimana seseorang dapat tahu buku-buku mana saja yang membahas subjek-subjek tertentu yang diinginkan? Fenomena inilah yang kemudian berkembang menjadi ide untuk membuat suatu program yang dapat membantu para user internet dalam usahanya untuk mencari data maupun informasi spesifik dalam waktu yang relatif sangat singkat (dalam hitungan detik).

Mulailah perusahaan-perusahaan semacam Altavista.com, Excite.com, Yahoo.com, AskJeeves.com, dan lain sebagainya berlomba-lomba untuk membuat mesin pencari (searching engine) yang terbaik. Secara prinsip, tujuan dari sebuah program searching engine adalah menemukan dokumen atau arsip elektronis di internet yang sesuai dengan kebutuhan atau permintaan pengguna dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kedua hal inilah, yaitu kualitas hasil temuan dan waktu pencarian, yang kemudian menjadi pengukur baik tidaknya kinerja sebuah searching engine. Gambar di bawah ini memperlihatkan 5 (lima) komponen utama dari arsitektur sebuah program searching engine (Indrajit, 2000).

Sumber: Eko Indrajit, 2000

Memahami Aplikasi Search Engine Serta Contoh Permasalahannya_
image source: dukeo.com
baca juga: Langkah-Langkah dalam Membangun & Mempertahankan e-Commerce

Komponen penting pertama dalah Query Interface, yang merupakan bentuk tampilan atau format situs yang menyediakan fasilitas searching engine. Bentuk yang paling sederhana adalah tersedianya sebuah kotak kosong di situs dimana user dapat menuliskan data atau informasi yang ingin dicari (lihat situs Yahoo.com atau Altavista.com). Yang harus diketahui oleh user adalah bahwa tidak semua situs memiliki kemampuan yang sama dalam membantu user untuk mengekspresikan jenis data atau informasi yang ingin dicari. Dalam bahasa komputer cara mengekspresikan ini disebut sebagai query.

Contohnya adalah seseorang yang ingin mencari data atau informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan flora dan fauna di Indonesia dapat menggunakan query semacam: “flora” and “fauna” and “Indonesia”. Walaupun secara internasional telah diusulkan dan ditentukan standar baku dalam menuliskan sebuah query, namun terlihat bahwa masing-masing situs menawarkan beragam cara yang berbeda. Hal ini cukup beralasan mengingat bahwa pemakai internet sangat beragam, dan berkisar dari anak-anak sampai dengan para manula yang memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Yang utama bagi user adalah bahwa Query Interface yang ditawarkan mudah dipergunakan dan efektif.

Komponen kedua adalah Query Engine, merupakan sebuah program yang bertugas untuk menterjemahkan keinginan user ke dalam bahasa yang dimengerti oleh mesin komputer. Secara teknis, perusahaan-perusahaan penyedia searching engine berlomba-lomba membuat query engine yang baik sehingga selain tepat dalam mengekspresikan keinginan user, dapat mula melakukan tugas pencarian secara cepat. Query Engine ini pulalah yang segera melakukan pencarian arsip dan dokumen yang tepat di dalam sistem basis data (database) yang bersangkutan.

Komponen selanjutnya adalah Database, yang pada dasarnya merupakan kumpulan atau daftar dari dokumen maupun arsip dari seluruh situs yang ada di internet. Semakin besar skala internet, akan semakin besar pula kapasitas penyimpan yang dibutuhkan. Komponen keempat yang merupakan komponen terpenting dalam sebuah searching engine adalah Spider. Secara berkala dan kontinyu, spider akan mendata setiap situs yang ada di internet, baik yang baru maupun yang lama. Terhadap masing-masing situs, selain alamatnya, akan diambil kata-kata kunci dari arsip maupun dokumen yang ditemukan. Katakanlah dari situs Kompas.com akan diambil setiap kata pada kalimat judul berita, atau pada Amazon.com akan diambil setiap kata pada judul buku.

Di sinilah sebenarnya persaingan antara situs terjadi, yaitu strategi dan teknik apa yang dipergunakan dalam melakukan sampling terhadap kata-kata yang akan menjadi kunci dalam pencarian arsip dan dokumen. Harap diingat bahwa tidak semua situs melakukan proses updating dan sampling ini secara kontinyu (24 jam sehari), yang dapat menyebabkan telah hilangnya beberapa arsip dan dokumen dari internet saat user mencarinya. Komponen kelima disebut sebagai Indexer, yang merupakan sebuah program untuk mempercepat proses pencarian. Filosofi yang dipergunakan mirip dengan prinsip penggunaan indeks pada kamus atau buku-buku. Perang antar situs pun terjadi di sini, karena teknik melakukan indeks akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan pencarian data atau informasi. Biasanya yang terjadi di sini adalah adu algoritma (alur logika sebuah program) antar para programmer yang direkrut oleh masing-masing perusahaan.

Melihat anatomi searching engine di atas, terlihat bahwa membuat searching engine sangatlah mudah. Yang sulit adalah mengalahkan kecepatan dan keakuratan dari searching engine yang sudah ada sekarang. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya pemain baru di bisnis searching engine yang mencari market niche berupa pemilihan daerah-daerah yang menjadi fokus pencarian. Contohnya adalah Euroferret.com yang hanya mengkhususkan diri pada pencarian arsip dan dokumen di situs-situs yang ada di wilayah Eropa, atau Catcha.co.id yang menawarkan pencarian arsip dan dokumen yang berada di wilayah geografis Asia Tenggara. Biaya investasinya pun tidak dapat dibilang murah. Tengoklah Altavista yang pada tahun 1997 harus melibatkan 3 prosesor (komputer) untuk penanganan Query Interface, 190 prosesor untuk Query Engine, 1 prosesor untuk Spider, 2 prosesor untuk Indexer, dan 300 Gigabytes kapasitas Database.

Pertanyaan selanjutnya yang kerap ditanyakan adalah seberapa besar peluang dan daya tarik bisnis untuk membuat perusahaan penyedia searching engine. Mirip dengan bisnis surat kabar atau majalah baru yang harus meningkatkan oplahnya terlebih dahulu sebelum dapat memasang harga mahal untuk setiap iklan yang dipasang, dalam bisnis portal semacam searching engine ini adalah traffic. Begitu jumlah orang yang mengakses situs searching engine mencapai jutaan users, pada saat itulah waktu yang tepat untuk menawarkan pemasangan iklan (advertisement) di dalam dengan harga premium.

Bahkan di Amerika, bisnis yang diminati oleh para orang muda di Silicon Valley ini memiliki target bahwa setelah 2 tahun, dimana target traffic telah tercapai, maka hanya ada dua skenario yang akan dipilih pemilik perusahaan: menjual perusahaan ke orang lain, atau go public. Mengapa demikian? Karena mekanisme dan alam bisnis di sana sudah sedemikan rupa sehingga dalam waktu singkat seseorang yang berbisnis internet akan dapat menjadi kaya dalam waktu singkat. Tengoklah bagaimana perusahaan Yahoo.com dapat memiliki nilai perusahaan 47 kali dari nilai revenue yang diraih. Ingin cepat kaya dengan terjun ke bisnis searching engine? Think locally, act globally. Buatlah situsnya di Indonesia, tawarjab produknya ke seluruh dunia, begitu traffic mencapai paling tidak 5-10 juta rata-rata unique user per-sehari, segera jual perusahaan tersebut dengan harga yang sangat tinggi.

Ada sebuah tulisan menarik dari Al Ries dan Laura Ries yang berkaitan dengan aspek marketing (internet branding) di dunia maya. Konsep tersebut mereka namakan sebagai “The 11 Immutable Laws of Internet Branding” (Ries, 2000).

Berikut adalah ringkasan singkat mengenai prinsip dari kesebelas hukum tersebut (Sumber: Al Ries et al, 2000) :

Hukum 1: The Law of Either/Or

Inti dari hukum ini mengatakan bahwa internet dapat memiliki salah dua fungsi: sebagai bisnis atau media. Seseorang yang ingin terjun ke dunia maya harus memilih salah satu dari kedua fungsi tersebut, tidak kedua-duanya. Artinya adalah bahwa internet dapat dilihat dari dua sudut pandang berbeda, internet sebagai bisnis inti atau internet sebagai sarana penunjang bisnis. Jelas sekali terlihat bahwa jenis yang pertama, sebuah bisnis dapat terwujud karena adanya internet. Contohnya adalah apa yang dilakukan oleh situs-situs portal atau virtual banking. Model bisnis tersebut sangat sulit atau tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya jejaring semacam internet. Perusahaan-perusahaan dotcom murni (bukan merupakan perpanjangan dari bisnis konvensional) merupakan jenis dari aktivitas yang tidak akan dapat terwujud jika internet tidak ada, sehingga jelas bahwa merek perusahaan akan sangat melekat dengan model bisnis unik yang ada. Sementara perusahaan yang menggunakan internet sebagai media penunjang cenderung masing mengandalkan merek dari bisnis konvensional mereka karena pada dasarnya internet hanya merupakan perpanjangan tangan dari perusahaan yang telah berdiri sebelumnya. Bandingkanlah dua buah merek yang cukup dikenal di tanah air yang membedakan keduanya, yaitu masing-masing http://www.detik.com dan http://www.kompas.com.

Hukum 2: The Law of Interactivity

Selain perusahaan, yang akan memelihara merek di dalam internet adalah komunitas konsumen, dan tanpa adanya fasilitas yang dapat membuat mereka saling berkomunikasi dan berinteraksi, merek sebuah situs web dapat hilang dengan sendirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam dunia internet maupun dunia nyata, cara marketing yang paling efektif tetaplah “dari mulut ke mulut”. Sebuah teori mengatakan bahwa internet user merupakan konsumen yang paling tidak loyal, karena mereka dapat pindah dari satu situs ke situs lainnya secara mudah dan cepat. Demikian pula kesetiaan mereka kepada merek sehingga harus dicari upaya agar mereka dapat rajin dan “ketagihan” berkunjung ke sebuah situs tertentu setiap kali mereka melakukan browsing. Tengoklah bagaimana generasi muda sekarang sangat getol membuka situs http://www.rileks.com atau http://www.mtvasia.com.

Hukum 3: The Law of Common Name

Ketika pertama kali http://www.yahoo.com memperkenalkan namanya (Yahoo!), banyak orang yang bertanya-tanya mengapa mereka memilih nama yang aneh dan cenderung buruk. Baru saat inilah mereka semua sadar bagaimana sebuah nama yang unik, dan tidak umum, merupakan cara termudah untuk menanamkan brand awareness dalam benak konsumen. Tengoklah bagaimana situs-situs besar lokal menggunakan nama semacam http://www.astaga.com, http://www.ngakak.com, http://www.duahati.com, dan lain sebagainya. Di sini dikatakan bahwa “bau kematian” merek internet mulai tercium bila merek yang dipilih merupakan rangkaian dari kata atau nama biasa. Merek dapat pula diasosiasikan dengan jenis-jenis produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuah situs terkait.

Hukum 4: The Law of Proper Name

Harap diperhatikan bahwa situs web merupakan representasi sebuah perusahaan (bukan gedung, kantor, tanah, atau bentuk sarana fisik lainnya) di dalam dunia maya, dan merek merupakan identitas dari perusahaan itu sendiri, sehingga nama yang dipilih harus benar-benar unik (tidak dimiliki orang lain), memiliki konotasi yang baik, mudah diingat oleh konsumen, dan mereprentasikan produk yang ditawarkan. Ambilah contoh situs-situs seperti http://www.indoexchange.com, http://www.ekampusku.com, http://www.jobsearch.com, dan lain sebagainya. Prinsipnya adalah nama yang baik akan menjadi merek yang baik, dan merek yang baik nischaya akan dapat menjual dirinya sendiri.

Hukum 5: The Law of Singularity

“Jadilah yang pertama” merupakan prinsip yang kerap diikuti oleh berbagai praktisi internet di dalam dunia maya, karena hal ini merupakan sebuah keunggulan kompetitif tersendiri. Namun seringkali orang lupa mempatenkan model bisnisnya sehingga produk atau jasa yang ditawarkan dengan mudah dapat ditiru oleh situs-situs lain dalam waktu yang relatif cepat. Prinsip differentiation yang diperkenalkan Michael Porter merupakan salah satu strategi untuk selalu menjadi yang pertama di dalam kategori industri tertentu, dan tentu saja dibutuhkan orang-orang yang kretatif di belakang perusahaan terkait. Tengoklah situs-situs besar yang beruntung karena menjadi yang pertama, seperti: http://www.hotmail.com, http://www.alladvantage.com, http://www.download.com, dan lain sebagainya. Merek yang diasosiasikan dengan model bisnis merupakan salah satu kiat yang jitu dalam menanamkan brand awareness dalam diri konsumen.

Hukum 6: The Law of Advertising

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh perusahaan dotcom adalah beriklan secara besar-besaran di dunia nyata, sementara mereka melupakan karakeristik orang-orang yang berada di dunia maya, yang dalam beberapa hal memiliki profil dan perilaku yang sangat berbeda. Selain menghabiskan biaya yang besar, tingkat efektivitas beriklan di dunia nyata masih diperdebatkan efeknya terhadap brand awareness seseorang terhadap situs tertentu. Ingat, bahwa biaya periklanan dewasa ini menempati presentasi terbesar dari total pengeluaran perusahaan dotcom, yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan konvensional. Beriklan melalui internet merupakan pilihan yang terlalu sayang untuk dilewatkan, karena selain cenderung murah (mendekati gratis), perusahaan dapat langsung berinteraksi dengan end-user yang sesungguhnya, yaitu para pengguna setia internet. Hal ini pula yang akan menjadi tantangan pemilik merek karena setiap orang dapat membuat merek yang mirip (serupa) dan mengiklankannya secara gratis di ratusan situs di dunia maya.

Hukum 7: The Law of Globalism

Globalisasi secara murni telah terjadi di dunia maya, karena dengan adanya situs-situs berakhiran “.com” maka jelas batasan negara tidak menjadi relevan lagi. Seorang Mesir misalnya dapat dengan leluasa mendirikan suatu situs dengan nama http://www.myuniversalsite.com dengan aplikasi internet yang di-hosting di Jepang, dan menawarkan produk dan jasanya kepada konsumen di Eropa. Tidak adanya batasan negara dan demografi ini menyebabkan setiap orang dapat berkomunikasi dengan setiap orang dalam format pasar bebas (perfect competition). Pemilihan merek yang dapat menembus batas-batas negara merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemilik perusahaan. Hingga saat ini, pemakaian bahasa-bahasa besar dunia masih merupakan pilihan utama mereka.

Hukum 8: The Law of Time

Di internet tidak mengenal durasi kerja 8 jam sehari, karena perusahaan tidak pernah tutup. Selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, situs web harus tetap aktif dan melayani konsumennya. Jika pada hukum ketujuh internet telah menghilangkan batasan ruang, pada hukum ini kendala waktu juga dapat dikalahkan, karena setiap orang dapat berhubungan dengan orang lain kapan saja, tanpa ada waktu jeda. Hal ini tentu saja mendatangkan konsekuensi yang lain, yaitu ancaman terhadap perubahan yang sedemikian cepat. Dalam hitungan hari bahkan jam, sebuah model bisnis dapat ditiru oleh orang lain. Merek yang telah dibangun sedemikian lama dapat dengan cepat diruntuhkan oleh para hacker. Masih segar diingatan bagaimana situs-situs besar hampir saja hanya tinggal nama karena secara serentak diserang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga mekanisme perdagangan sempat lumpuh. Walaupun merek berdiri sendiri, namun perusahaan tidak, karena dalam operasional sehari-hari yang bersangkutan bekerja sama dengan perusahaan lain, seperti mitra bisnis, vendor, lembaga keuangan, dan lain-lain. Cara yang termudah untuk dapat mengalahkan waktu adalah fokus pada sebuah spesialisasi, sehingga sulit bagi orang lain untuk menirunya, karena waktu bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipikirkan, melainkan knowledge yang berada pada manajemen dan karyawan perusahaan (hal yang sangat sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain).

Hukum 9: The Law of Vanity

Kemudahan-kemudahan membangun berbagai model bisnis di internet seringkali mendatangkan “kesombongan” bagi pemilik dan manajemen perusahaan. Hal ini tidak saja membuat perusahaan menjadi tidak fokus karena berusaha untuk menjadi “supermarket” bagi banyak produk dan jasa, tetapi yang bersangkutan menjadi kehilangan identitas diri. Konsumen mengalami kesulitan untuk memahami bisnis yang dikelola situs terkait, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengurangan intensitas atau kekuatan merek yang telah dimiliki. Ingatlah prinsip yang mengatakan bahwa internetworking (jejaring) merupakan salah satu syarat utama untuk dapat berhasil bisnis di internet.

Hukum 10: The Law of Divergence

Konvergensi terbesar di dalam dunia internet adalah antara industri komputer, telekomunikasi, dan informasi (content). Dan pada level implementasi, batasan-batasan industri menjadi semakin kabur karena adanya hubungan antara produk/jasa dari sebuah industri yang satu dengan produk/jasa yang lain. Tengoklah bagaimana industri perbankan telah melebur dengan industri retail, industri kesehatan, dan industri transportasi. Konvergensi yang terjadi di sini bukan saja disebabkan karena “keadaan” atau berhubungan dengan strategi bisnis, tetapi justru hal tersebutlah yang membuat internet atau dunia maya menjadi spesial, karena dari konvergensi itulah ditemui berbagai hal-hal baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun lucunya, seringkali yang terjadi adalah sebaliknya. Yang dilakukan banyak orang di internet justru melakukan divergensi industri. Contohnya adalah bisnis media massa yang sebenarnya telah merambah ke industri lain seperti entertainment dan komunikasi, namun dikerdilkan kembali menjadi electronic publishing. Tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap merek yang telah terbentuk. Bayangkan jika mendadak American Online, Compuserve, atau Prodigy melakukan divergensi sehingga hanya menjadi situs yang menawarkan fasilitas penyediaan informasi seperti yang dilakukan oleh media massa lainnya.

Hukum 11: The Law of Transformation

Internet telah merubah cara orang menjalankan hidupnya (Tapscott, 1998). Generasi yang akan datang akan menganggap bahwa internet merupakan hal yang biasa, seperti halnya ketika generasi sekarang terlahir dahulu dan melihat televisi untuk pertama kalinya. Revolusi sebenarnya sedang terjadi pada saat ini, yaitu sejalan dengan dibukanya keran informasi secara bebas sejalan dengan format globalisasi perdagangan dunia. Dalam kerangka ini, merek akan menjadi representasi terkecil dari sebuah kebutuhan hidup manusia, karena merek akan melekat pada produk atau jasa yang dikonsumsi oleh manusia. Dengan kata lain, pada akhirnya nanti, paradigma mengenai merek akan bergeser, dari yang sifatnya sebagai identitas menjadi entitas tersendiri (benda). Pada saat ini, berbagai jenis entiti-entiti baru yang belum pernah dikenal sebelumnya akan tercipta di dunia maya dan mewarnai kehidupan manusia menuju sebuah peradaban baru.

Sekian artikel tentang Memahami Aplikasi Search Engine Serta Contoh Permasalahannya. Semoga bemanfaat.

Daftar Pustaka
  • Sandiwarno Sulis, Konsep Portal dan Manajemen Konten, modul Universitas Mercu Buana 2013
  • Koleksi Tulisan dan Pemikiran E-Commerce Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc.,MBA, Elex Media Komputindo
  • Aplikasi Search Engine Serta Permasalahannya (http://yurindra.wordpress.com/e-commerce/aplikasi-searching-engine-dan-permasalahannya/)
  • Hukum Abadi Internet Branding (http://yurindra.wordpress.com/e-commerce/aplikasi-searching-engine-dan-permasalahannya/)
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer