Mendengarkan, Empati, Persuasi dalam Komunikasi Interpersonal
Mendengarkan, Empati, dan Persuasi dalam Komunikasi Interpersonal - Dalam realita, anda tidak mengharapkan orang lain membaca pikiran anda dan anda juga tidak dapat mengetahui apa yang orang lain inginkan. Maka dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif, diharapkan adanya keterbukaan dan kemauan untuk mendengarkan dengan baik hal apa saja yang dikomunikasikan. Keterbukaan merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan bagaimana cara informasi dibagikan.
Mendengarkan
Dengan mendengarkan, kita dapat mengetahui dan menelusuri secara detail pokok permasalahan yang dibicarakan. Sehingga memudahkan dalam mencari penyelesaian masalah dan memberikan feedback. Selain itu juga menunjukkan sikap perhatian (bagian dari afeksi) terhadap lawan bicara dan informasi yang disampaikan.
Empati adalah kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa meninggalkan pandangannya sendiri. Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku penerima.
Everett M. Rogers & Dilip K. Bhowmik mendefinisikan emphaty sebagai kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Menurut Sigmund Freud bahwa : “Empathy dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita”.
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.”
Komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung dapat berkomunikasi lebih efektif. Hal ini alasannya menurut Herbert W. Simons karena empat faktor, yaitu :
Persuasi
Istilah persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasi bisa dilakukan secara :
Persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi persuasi meliputi kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi serta memilih strategi yang tepat. Ruang lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif meliputi sumber, pesan, saluran/media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks situasional.
Pendekatan yang digunakan dalam komunikasi persuasif adalah pendekatan psikologis. Menurut Aristoteles, komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yakni orang yang berbicara, materi pembicaraan, dan orang yang mendengarkannya. Aspek yang pertama disebut komunikator atau persuader, yang merupakan sumber komunikasi, aspek yang kedua adalah pesan, dan aspek yang ketiga disebut komunikan atau persuadee, yaitu orang yang merupakan penerima komunikasi.
Seorang persuader yang memiliki ethos tinggi, dicirikan oleh kesiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan. Jika komunikasi persuasif ingin berhasil seorang persuader harus memiliki sikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transitif. Persuadee adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal.
Efek komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri persuader sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui proses komunikasi. Efek yang timbul berbentuk perubahan sikap pendapat dan tingkah laku.
Mendengarkan
Dengan mendengarkan, kita dapat mengetahui dan menelusuri secara detail pokok permasalahan yang dibicarakan. Sehingga memudahkan dalam mencari penyelesaian masalah dan memberikan feedback. Selain itu juga menunjukkan sikap perhatian (bagian dari afeksi) terhadap lawan bicara dan informasi yang disampaikan.
image source: www.pinterest.com |
baca juga: Komunikasi Interpersonal Dalam Organisasi Menurut Para AhliEmpati
Empati adalah kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa meninggalkan pandangannya sendiri. Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku penerima.
Everett M. Rogers & Dilip K. Bhowmik mendefinisikan emphaty sebagai kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Menurut Sigmund Freud bahwa : “Empathy dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita”.
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.”
Komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung dapat berkomunikasi lebih efektif. Hal ini alasannya menurut Herbert W. Simons karena empat faktor, yaitu :
- Kesamaan mempermudah proses penyandian (decoding), yakni menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan.
- Kesamaan membantu membangun premis yang sama untuk mempermudah proses deduktif. Dalam hal ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, maka komunikan akan terpengaruh oleh komunikator.
- Kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Kebanyakan orang cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan orang tersebut tadi, Sehingga hal ini kalau dalam proses Komunikasi Interpersonal komunikan akan tertarik pada komunikator dan komunikan tersebut cenderung menerima gagasan-gagasan komunikator.
- Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator.
Persuasi
Istilah persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasi bisa dilakukan secara :
- Secara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep,
- Secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah.
Persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi persuasi meliputi kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi serta memilih strategi yang tepat. Ruang lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif meliputi sumber, pesan, saluran/media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks situasional.
Pendekatan yang digunakan dalam komunikasi persuasif adalah pendekatan psikologis. Menurut Aristoteles, komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yakni orang yang berbicara, materi pembicaraan, dan orang yang mendengarkannya. Aspek yang pertama disebut komunikator atau persuader, yang merupakan sumber komunikasi, aspek yang kedua adalah pesan, dan aspek yang ketiga disebut komunikan atau persuadee, yaitu orang yang merupakan penerima komunikasi.
Seorang persuader yang memiliki ethos tinggi, dicirikan oleh kesiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan. Jika komunikasi persuasif ingin berhasil seorang persuader harus memiliki sikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transitif. Persuadee adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal.
Efek komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri persuader sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui proses komunikasi. Efek yang timbul berbentuk perubahan sikap pendapat dan tingkah laku.
Sekian artikel tentang Mendengarkan, Empati, dan Persuasi dalam Komunikasi Interpersonal.
Posting Komentar untuk "Mendengarkan, Empati, Persuasi dalam Komunikasi Interpersonal"
Tata tertib berkomentar
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM.
5. Dilarang menyisipkan link aktif pada isi komentar.
Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.