Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kriteria Pemilihan Usaha Terbaik Ketika Mengembangkan Usaha

Kriteria Pemilihan Usaha Terbaik Ketika Mengembangkan Usaha - Ketika usaha dikembangkan banyak pilihan menarik yang mungkin dilaksanakan. Tetapi perusahaan tidak mungkin melaksanakan investasi di semua pilihan. Untuk itu digunakan kriteria pemilihan dengan menggunakan alat analisa seperti nilai sekarang dan portofolio unit usaha strategis. Melalui artikel ini diharapakan dapat mempraktekkan kriteria pemilihan usaha yang terbaik ketika melakukan pengembangan usaha.

Ketika ditemukan suatu kesempatan besar untuk memulai sebuah usaha, bagaimana menilai kelayakannya? Atau bagaimana orang yang independen seperti pemodal (investor) potensial atau bankir menilai peluang wirausahawan untuk berhasil? Investor profesional, seperti pemodal ventura, memiliki bakat untuk memilih calon perusahaan wirausahawan yang menurut pandangan mereka akan berhasil.

Kriteria Pemilihan Usaha Terbaik Ketika Mengembangkan Usaha_
image source: www.gaebler.com
baca juga:

Secara rata-rata, perusahaan pemula yang dibiayai pemodal ventura memiliki peluang empat dari lima untuk bertahan dalam 5 tahun - lebih tinggi dari rata-rata populasi seluruh perusahaan pemula. Sangat sedikit usaha – barangkali tidak lebih dari satu dalam seribu – yang dianggap sebagai calon yang pantas untuk tempat investasi oleh pemodal ventura profesional.

1. Unsur-unsur yang mendukung keberhasilan usaha

Calon wirausahawan dapat belajar banyak mengikuti proses evaluasi yang digunakan oleh investor profesional. Ada tiga unsur penting untuk keberhasilan usaha baru, yaitu :
  1. Kesempatan 
  2. Wirausahawan (tim manajemen, kalau itu calon perusahaan yang sangat berpotensi)
  3. Dan sumber daya yang diperlukan untuk memulai usaha dan membuatnya tumbuh. 

Di sekeliling tiga komponen tersebut banyak faktor yang penuh dengan ketidak pastian, yang berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan. Faktor-faktor itu disebut juga gambar besar yang merupakan lingkungan makro perusahaan.

Secara grafis hal tersebut dapat dilihat dalam Gambar 9.1 yang merupakan dasar dari kerangka kerja yang digagas oleh Timmons.

 Gambar 1. Tiga komponen untuk keberhasilan usaha_
Gambar 1. Tiga komponen untuk keberhasilan usaha

Di tengah-tengah kerangka kerja tersebut adalah rencana usaha, yang merupakan hasil perpaduan tiga unsur utama ke dalam rencana strategis yang lengkap untuk peluncuran usaha baru. Bagian-bagian tersebut harus pas secara simultan dalam waktu yang bersamaan (lihat Gambar 9.1 ).

Tidak ada gunanya memiliki ide peringkat satu untuk usaha baru, bila perusahaan hanya memiliki tim manajemen kelas dua. Tidak ada gunanya ide dan tim manajemen yang bagus tanpa adanya sumber daya yang memadai. Peluang yang bagus harus sesuai dengan tim kewirausahaan, sumber daya, struktur pembiayaan, dan gambaran besar (lingkungan makro), (lihat Gambar 9.2).

Gambar 2. Peluang bagus memiliki kesesuaian yang bagus dengan faktor pendukungnya_
Gambar 2. Peluang bagus memiliki kesesuaian yang bagus dengan faktor pendukungnya

Di zaman global sekarang ini, dengan siklus hidup produk yang semakin singkat, dan pertumbuhan ekonomi yang rendah dimana-mana, kandungan penting untuk keberhasilan kewirausahaan adalah wirausaha yang luar biasa, dengan tim manajemen kelas satu dan peluang pasar yang terbuka.

Sering dikatakan bahwa kewirausahaan sangat ditentukan oleh faktor keberuntungan. Namun, tidak ada orang yang menyatakan bahwa menjadi ilmiawan besar atau musisi hebat juga ditentukan oleh faktor keberuntungan. Tidak ada suatu faktor keberuntungan yang lebih besar bagi wirausahawan untuk berhasil, dibandingkan dengan keberhasilan dalam bidang-bidang yang lain.

Penentu keberhasilan dalam berwirausaha adalah mengenali kesempatan yang baik, dan memiliki keahlian untuk mengubah peluang tersebut menjadi usaha yang tumbuh dan berkembang. Untuk melakukannya wirausahawan perlu mempersiapkan diri. Dalam kewirausahaan, seperti juga dalam profesi yang lain, keberuntungan adalah ketika persiapan dan kesempatan bertemu.

2. Daftar kesempatan / peluang

Daftar berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan ketika ingin memasuki pasar atau industri. Keadaan dari faktor tersebut dapat membuat kesempatan berusaha menjadi lebih baik atau lebih buruk. 

Pelanggan
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Dapat diidentifikasikan Sasaran pertama Sasaran kedua
Demografis Terdefinisi jelas dan terfokus Definisi kabur dan tidak terfokus
Psikografis sda sda

Kecenderungan
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Pasar makro Banyak dan konvergen Sedikit dan divergen
Sasaran pasar sda Sda
Jendela kesempatan Sedang terbuka Sedang tertutup
Struktur pasar Mencuat / terpecah Matang / menurun

Ukuran pasar
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Seberapa banyak Sasaran utama Sasaran kedua
Permintaan Lebih besar dari penawaran Lebih kecil dari penawaran

Pertumbuhan pasar
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Tingkat pertumbuhan 20% atau lebih Kurang dari 20%

Harga / frekuensi / nilai
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Harga Margin kotor > 40% Margin kotor < 40%
Frekuensi pembelian Sering dan berulang Satu kali
Nilai Tercermin secara penuh dalam harga Harga penembusan (rendah)
Biaya operasi Rendah dan variabel Besar dan tetap
Margin penghasilan neto > 10% < 10%
Volume Sangat tinggi Menengah

Distribusi / penyaluran
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Dimana perusahaan berada dalam rantai nilai? Margin tinggi, kekuatan besar Margin rendah, kekuatan rendah

Pesaing
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Struktur pasar Mencuat/berkembang Matang
Jumlah pesaing langsung Sedikit Banyak
Jumlah pesaing tidak langsung Sda Sda
Jumlah barang subtitusi Sda Sda
Pesaing tidak kelihatan Tidak mungkin Mungkin
Kekuatan pesaing Lemah Kuat

Faktor-faktor kunci untuk keberhasilan
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Kedudukan relatif Kuat Lemah

Penjual
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Kekuatan relatif Lemah Kuat
Margin kotor yang mereka kuasai dalam rantai nilai Low High

Pemerintah
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Peraturan Longgar Ketat
Pajak Rendah Tinggi

Lingkungan global
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Pelanggan Tertarik dan dapat dicapai Tidak tertarik dan tidak dapat dicapai
Pesaing Tidak ada atau lemah Ada dan kuat
Penjual Bersemangat Tidak ada

3. Kesempatan dalam proses kewirausahaan

Berdasarkan pertanda dari lingkungan, wirausahawan melihat adanya kesempatan untuk mendirikan usaha. Didukung oleh keahlian, kepribadian, dorongan untuk maju dan pengalaman, dia mengumpulkan informasi tentang pasar dan sumber daya untuk menilai apakah kesempatan tersebut layak untuk diwujudkan dalam usaha. Bila layak akan dilaksanakan, bila tidak akan ditinggalkan (lihat Gambar 3) .

Gambar 3. Proses kewirausahaan_
Gambar 3. Proses kewirausahaan

4. Pemilihan investasi

Ketika seorang pemodal (investor) ingin menanam modal (berinvestasi) guna memanfaatkan kesempatan yang terbuka di pasar, dia dapat melakukannya secara langsung seperti yang dilakukan oleh seorang wirausahawan. Dia membeli aset riil dan mengoperasikan-nya untuk memperoleh pengembalian (keuntungan/laba) dari modal yang ditanamkannya.

Namun, ketika terjadi spesialisasi yang tinggi dalam pasar modal, pemodal dapat melakukan investasi secara tidak langsung melalui berbagai perantara keuangan yang berada antara aset riil dan penanam modal. Perantara bertindak untuk memudahkan pemodal mencari tempat investasi, dan bagi yang membutuhkan modal misalnya perusahaan memudahkan mereka untuk mencari pemodal.

Gambar 4 menunjukkan aliran kas antara pasar modal dan aset riil dalam perusahaan. Di pasar modal, pemodal membeli aset keuangan (tanda kepemilikan terhadap perusahaan/ saham atau surat hutang/obligasi) yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui perantara manajer keuangan, sehingga terjadi aliran kas dari penanam modal ke perusahaan (1), (lihat Gambar 9.4 ). Kas yang diterima tersebut, kemudian diinvestasikan dalam aset riil sebagai alat dan bahan operasi perusahaan (2);

Gambar 4. Aliran modal dan kas dalam proses investasi_
Gambar 4. Aliran modal dan kas dalam proses investasi

Operasi riil perusahaan menciptakan aliran kas yang dikelola oleh manajer keuangan (3); sebagian kas itu diinvestasikan lagi dalam operasi perusahaan (4a); sebagian kas dikembalikan kepada penanam modal sebagai imbalan dari modal yang telah ditanamkan ke dalam perusahaan (4b).

Secara umum aliran kas berasal dari pemodal (pemegang saham dan pemberi hutang), akan masuk ke perusahaan dan akhirnya kembali lagi kepada pemegang saham dan pembeli hutang setelah diambil sebagian oleh pemerintah dalam bentuk pajak. Aliran tersebut berbentuk siklus kas dari pemodal ke perusahaan dan akhirnya kembali lagi ke pemodal (lihat Gambar 9.5).

Bagi penanam modal, aliran kas yang mengalir ke pihaknya merupakan suatu hal yang penting sebagai alasan mendasar mengapa dia menanamkan modal dalam suatu perusahaan. Berdasarkan kriteria ekonomis, dia akan memilih suatu investasi yang mendatangkan aliran kas yang paling besar.

Perusahaan juga memilih investasi dengan kriteria yang sama yaitu memilih suatu investasi dalam aset riil yang mendatangkan tingkat pengembalian modal yang paling besar, dengan tujuan untuk dapat memberikan aliran kas yang besar bagi pemodal yang telah mendanai usahanya.

Gambar 5. Siklus aliran kas antara pemodal dan perusasahan_
Gambar 5. Siklus aliran kas antara pemodal dan perusasahan

5. Surat hutang (obligasi ) pemerintah sebagai patokan pemilihan investasi

Pemodal memiliki banyak pilihan investasi. Ada investasi yang menghasilkan pengembalian modal yang pasti, misalnya deposito di bank, surat hutang pemerintah, surat hutang perusahaan, dsb, dan ada yang tidak pasti. Penanaman modal dalam saham perusahaan mengandung ketidakpastian karena aliran kas yang dihasil oleh aset riil perusahaan tidak menentu, yang akhirnya mengakibatkan aliran kas dari perusahaan ke pemodal juga tidak menentu.

Karena itu, bagi penanam modal yang menghindari resiko, dia lebih cenderung memilih suatu jenis investasi yang tingkat pengembalian modalnya pasti, misalnya surat hutang pemerintah (karena pemerintah jarang gagal bayar) . Karena adanya kesempatan investasi yang mendapatkan pengembalian pasti dalam surat utang pemerintah, pemodal menggunakan patokan tingkat bunga surat hutang pemerintah sebagai pedoman pengambilan keputusan dalam melakukan investasi.

Penanam modal baru bersedia menanamkan modalnya dalam saham atau membiayai modal perusahaan wirausahawan, bila tingkat pengembalian modal yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, lebih tinggi dari hasil yang diperoleh dari tingkat bunga surat hutang pemerintah.

Bila tingkat pengembalian dalam perusahaan lebih rendah dari tingkat bunga surat hutang pemerintah, investor yang menggunakan kriteria ekonomi akan lebih memilih untuk berinvestasi dalam surat hutang pemerintah.

Karena itu, tingkat bunga surat hutang pemerintah sering digunakan sebagai patokan biaya kesempatan dari modal (opportunity cost of capital) bagi investasi dalam sektor-sektor lainnya. Artinya bila kita berinvestasi dalam suatu sektor, kesempatan untuk berinvestasi dalam surat hutang pemerintah, hilang . Itu adalah biaya (yaitu kesempatan yang hilang).

Demikian juga, bagi perusahaan yang sedang mengembangkan usaha misalnya merencanakan untuk meluncurkan beberapa jenis produk baru. Kriteria yang digunakan sama yaitu, produk mana yang mendatang pengembalian modal paling tinggi, yakni lebih tinggi dari hasil investasi berpenghasilan tetap, misalnya surat hutang pemerintah. Dengan memilih investasi tersebut, perusahaan dapat memaksimumkan laba yang dicapainya.

6. Kriteria pemilihan dengan menggunakan konsep nilai sekarang (present value)

Terdapat jeda waktu yang kadang-kadang cukup lama (misalnya satu tahun atau lebih) antara investasi yang ditanamkan dengan hasil yang akan diperoleh. Karena itu, membandingkan nilai investasi yang dilakukan sekarang, misalnya Rp 1 juta, dengan hasil yang akan diperoleh satu tahun mendatang, misalnya Rp 1,2 juta, tidak relevan. Hal itu disebabkan karena, uang yang sekarang dimiliki dapat langsung menghasilkan kas (misalnya diinvestasikan dalam bentuk deposito atau surat hutang pemerintah, atau diputar dalam bentuk usaha ). Sementara itu, uang yang akan diterima belum belum dapat menghasilkan apapun (steril) selama masa penungguan pengembalian modal.

Karena itu untuk membandingkan investasi yang hasilnya di masa mendatang, digunakan konsep nilai sekarang. Nilai sekarang adalah kebalikan dari nilai mendatang (Future Value, FV). Untuk Rp 1 juta sekarang, FV satu tahun mendatang dengan tingkat bunga 20% per tahun adalah Rp 1,2 juta.

Dengan tingkat bunga yang sama, maka nilai sekarang PV (present value) dari Rp 1,2 juta di tahun mendatang, adalah 1,2 X faktor diskonto = 1,2 X [1/(1,2)] = Rp 1. juta. Nilai yang diperkirakan akan diterima dimasa mendatang didiskontokan untuk memperoleh nilai sekarang. Rumus nilai sekarang :

  • C1 aliran kas di masa mendatang (periode 1). 
  • r adalah tingkat diskonto atau biaya kesempatan dari modal, yaitu tingkat pengembalian dari investasi yang sebanding di pasar modal yang ditinggalkan, karena melakukan investasi dalam usaha yang dijalankan sekarang. Biasanya yang digunakan sebagai r adalah tingkat bunga surat utang pemerintah (lihat penjelasan pada halaman sebelumnya).

Untuk menilai kelayakan sebuah investasi misalnya meluncurkan produk baru, dsb., nilai sekarang dari aliran kas di masa depan dikurangi dengan jumlah investasi yang dikeluarkan sekarang. Sehingga diperoleh Nilai Sekarang Netto (Net Present Value, NPV):
NPV = PV - investasi yang diperlukan sekarang.
Misal: Anda adalah pengembang kecil yang mendirikan rumah, yang ketika selesai dijual. Anda ingin menilai apakah proyek itu layak dilaksanakan.

Biaya tanah, bahan bangunan dan tenaga adalah Rp 350 juta. Waktu pengerjaan adalah satu tahun. Di tahun mendatang, rumah tersebut akan dijual Rp 400 juta. Tingkat bunga surat hutang pemerintah adalah 7% per tahun.

  • NPV = PV - investasi yang diperlukan


  • => C0 = - 350 jt (aliran kas keluar dilambangkan negatif)
  • PV = 400 jt / (1 + 0,07) = Rp 373,8 jt
  • NPV = 373,8 - 350 = Rp 23,8 jt.


Karena NPV lebih besar dari nol (23,8 jt) , maka proyek pembangunan rumah tersebut layak dilaksanakan, karena hasil dari kegiatan tersebut lebih besar dari biaya. Atau dengan kata lain, kegiatan tersebut memberikan sumbangan positif untuk penciptaan nilai.

Bila menurut perhitungan, NPV ternyata negatif, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Konsep nilai sekarang digunakan secara meluas untuk menilai kelayakan usaha apa saja: pendirian pabrik baru, peluncuran produk baru, pembelian saham, dsb. Anda dapat mempelajarinya lebih lanjut dalam buku Manajemen Keuangan.

7. Portofolio usaha

Ketika sebuah perusahaan mengembangkan dan menjual berbagai jenis produk , perusahaan mengalami transformasi menjadi perusahaan multidivisi (multi-usaha). Setiap divisi usaha yang otonom disebut pusat laba (profit centre). Setiap divisi memiliki pasar dan pesaing tersendiri, sehingga disebut sebagai unit usaha strategis (SBU, strategic business unit). Perusahaan perlu menjalankan strategi yang tersendiri untuk setiap usaha tersebut. Keseluruhan SBU yang dimiliki oleh perusahaan disebut portofolio usaha (divisi).

Usaha yang berjalan perlu dievaluasi secara periodik untuk melihat apakah sebuah divisi perlu diteruskan atau dihentikan. Bila diteruskan, perusahaan perlu melakukan investasi baru atau mempertahankan aliran modal ke dalam divisi itu. Bila dihentikan, aset divisi tersebut dijual kepada pihak lain, sehingga perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri pada usaha (divisi) yang masih tersisa.

Untuk membantu perusahaan mengelola portofolio usahanya, Boston Consulting Group (BCG, perusahaan konsultan ternama) menggagas sebuat matrik yang disebut Matrik Portofolio BCG (atau disingkat Matriks BCG).

Dimensi horizontal menggambarkan posisi relatif pangsa pasar, dimana pangsa pasar SBU perusahaan dibagi dengan SBU pesaingnya yang paling utama (atau volume penjualan SBU perusahaan dibagi dengan volume penjualan yang dilakukan oleh SBU pesaing utama), (lihat Gambar 6)

Dimensi vertikal menggambarkan laju pertumbuhan pasar / industri dimana SBU beroperasi.

Lingkaran dalam gambar di atas merupakan ukuran dari proporsi penjualan yang diciptakan oleh sebuah SBU terhadap keseluruhan penjualan perusahaan.

Sedangkan grafik potongan serabi (pie) dalam lingkaran tersebut merupakan gambaran proporsi laba yang diciptakan oleh sebuah SBU terhadap keseluruhan laba perusahaan (lihat lagi gambar 9.6).

Dalam dimensi horizontal, titik batas berada di angka 0,5, yaitu pangsa pasar SBU perusahaan adalah setengah dari pangsa pasar yang dikuasai pesaing utama atau volume penjualannya adalah setengah dari penjualan pesaing utama.

Sedangkan, dalam dimensi vertikal titik batas berada pada tingkat pertumbuhan pasar /industri 0%. Di atas titik batas itu terjadi pertumbuhan pasar dan dibawahnya terjadi penyusutan pasar.

Berdasarkan titik batas tersebut Matrik BCG dibagi menjadi empat kuadran, yaitu:

a. Kuadran I dinamakan Tanda Tanya (Question Mark) – SBU yang berada dalam kuadran ini memiliki kedudukan pangsa pasar yang relatif kecil tetapi berada dalam industri yang tumbuh cepat. Umumnya, kebutuhan kas dari perusahaan ini tinggi, dan menciptakan arus kas yang kecil. Usaha ini disebut Tanda Tanya karena perusahaan perlu mempertimbangkan apakah mengejar strategi yang intensif seperti ( penembusan pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk) atau menjual usahanya ke pihak lain.

Gambar 6. Matriks BCG_
Gambar 6. Matriks BCG

b. Kuadran II dinamakan Bintang (Star). Usaha dalam kuadran ini merupakan kesempatan terbaik organisasi dalam jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan dan laba. SBU atau divisi yang memiliki pangsa pasar yang relatif besar dan berada dalam industri yang tumbuh cepat perlu mendapat suntikan investasi untuk mempertahankan atau memperkuat posisi dominannya. Strategi yang tepat untuk usaha dalam kuadran ini adalah: integrasi vertikal ke belakang, ke depan, dan integrasi horizontal; penembusan pasar; pengembangan pasar dan pengembangan produk.

c. SBU atau divisi dalam kuadran III dinamakan Sapi perah (Cash Cow). Divisi usaha yang berada dalam kuadran ini memiliki pangsa pasar yang relatif besar tetapi bersaing dalam industri yang mengalami pertumbuhan rendah atau menyusut. Usaha dalam kuadran ini menciptakan arus kas yang lebih besar dari yang dibutuhkan, sehingga diperah untuk digunakan dalam usaha lain. Kebanyakan divisi Sapi Perah sekarang adalah Bintang kemarin. SBU sapi perah perlu dikelola untuk memperkuat kedudukannya yang kuat selama mungkin. Strategi yang cocok untuk SBU ini adalah pengembangan produk atau diversifikasi. Namun, kalau SBU sapi perah melemah, strategi mundur atau penjualan aset menjadi lebih sesuai.

d. Kuadran IV dinamakan Anjing (Dog). SBU dalam kuadran Anjing memiliki pangsa pasar yang rendah dan berada dalam industri yang mengalami pertumbuhan rendah atau tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Karena mengalami kelemahan internal dan eksternal, SBU ini sering dilikuidasi, dijual asetnya, atau dipangkas melalui strategi menarik diri. Ketika SBU menjadi Anjing, penarikan diri adalah strategi yang terbaik untuk dijalankan, karena kebanyakan Anjing akan kembali meloncat setelah pengurangan aset dan biaya yang ketat, untuk kembali menjadi divisi yang bertahan hidup dan menguntungkan.

Keunggulan dan kelemahan penggunaan matriks BCG

Manfaat matriks BCG
  • Kemanfaatan utama dari Matriks BCG adalah perhatiannya pada arus kas, karakteristik investasi, dan kebutuhan setiap divisi dalam organisasi. 
  • Divisi dari kebanyakan perusahaan berevolusi sepanjang waktu berlawanan arah dengan jarum jam: Anjing menjadi Tanda Tanya, Tanda Tanya menjadi Bintang, Bintang menjadi Sapi Perah, dan Sapi Perah menjadi Anjing. 
  • Perusahaan berupaya mencapai portofolio divisi dalam kuadran Bintang. 

Keterbatasan matriks BCG
  • Keberhasilan strategi usaha menurut BCG ditentukan hanya oleh 2 faktor yaitu tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa pasar. Padahal dalam kenyataan, faktor penentu keberhasilan banyak sekali. 
  • Anjuran dari BCG hanya ada tiga keputusan yaitu : beli, jual dan mempertahankan usaha. Tidak ada substansi kualitatif untuk membantu pengelolaan strategis perusahaan kecuali investasi /divestasi. 
  • Selain itu, model di atas juga tidak menggambarkan sinergi antara berbagai SBU. Membuat keputusan yang hanya menyangkut dengan satu SBU saja dapat beresiko terhadap beberapa atau seluruh usaha. Misal, sumber kompetensi inti dari perusahaan berasal dari SBU yang berkinerja buruk. Menjual atau menghentikan SBU tersebut dapat melemahkan keunggulan bersaing perusahaan secara keseluruhan.

Sekian artikel tentang Kriteria Pemilihan Usaha Terbaik Ketika Mengembangkan Usaha. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Daftar Pustaka
  • Brown, S., Blackman, K., Cousins, P., Maylor, H., 2001, Operation Management: Policy, Practice, and Performance Improvement, Oxford, Butterworth-Heinemann
  • Barringer, B.R., dan Ireland, R.D., 2012, Entrepreneurship: Succesfully Launching New Ventures, 4th ed., Pearson, Boston. 
  • Bygrave, W. dan Zacharakis, A., 2011, Entrepreneurship, 2nd ed., Wiley, New York. 
  • David, F.R., 2010, Strategic Management: Concept and Cases, 13th, ed., New Jersey, Prentice Hall Hal 184-186
  • Hollensen, S., 2010, Global Marketing: a decision-oriented approach, 5th ed., Essex, Pearson.
  • Mellor, R., dkk., 2009, Entrepreneurship for Everyone : A Student Textbook, Sage, London.
  • Proctor, T., 2000, Strategic Marketing: an Introduction, London, Routledge.
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer