Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Keilmuan

Pengertian Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran Keilmuan - Kerangka teoritis merupakan strategi dan pendekatan dalam memecahkan masalah, terdiri dari:

Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan sub-bab mengenai upaya penulis untuk meninjau, mengembangkan dan mengkaitkan masalah yang dirumuskan dengan teori, konsep, hasil penelitian maupun hasil dokumentasi yang ada sebelumnya.

Tinjauan Pustaka:
  • Mengembangkan uraian pada masalah penelitian.
  • Mengungkapkan dasar teoritis dan empiris suatu masalah.
  • Pengembangan suatu kerangka pemikiran.
  • Memberikan dasar perumusan hipotesis.
  • Membantu interprestasi hasil pengolahan data.

Kerangka Pemikiran
Kerangka konsepsi dan penelitian yang menyajikan hubungan variabel yang diperkirakan akan terjadi, dan diperoleh dari hasil/penjabaran tinjauan pustaka

Tujuan Kerangka Pemikiran
  • Memberikan arah strategi dan pendekatan penulis untuk memecahkan masalah.
  • Menggambarkan secara menyeluruh konsep yang digunakan dalam penelitian, dan sekaligus dapat menyajikan hubungan antara variabel atau faktor yang digunakan oleh penulis.
Pengertian Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Keilmuan_
image source: canberra.edu.au
baca juga: Format Penulisan Penelitian Kuantitatif Serta Unsur-Unsurnya

Pendekatan-Pendekatan dalam Keilmuan

Dalam mengatasi masalah kehidupan, manusia telah mengumpulkan sejumlah besar informasi atas pengetahuan. Petani mengetahui bahwa munculnya rasi bintang tertentu menunjukkan waktu yang baik untuk mulai mananam padai. Dukun dapat menunjukkan bahwa getah daun talas hitam dapat mempercepat penyembuhan luka. Orang mengetahui bahwa pembicara memiliki wibawa lebih pengengaruh daripada pendengarnya. Informasi-informasi ini sudah diterima kebenarannya tanpa dipersoalkan lagi. Informasi semacam ini kita sebut sebagai anggapan umum (commnon sense) dan merupakan pendahulu dari apa yang kita sebut sebagai ilmu.

Banyak cabang disiplin ilmu tumbuh dari anggapan umum atau dari pemecahan terhadap masalah kehidupan sehari-hari. Geometri dari pengalaman mengukur medan, biologi dari pengalaman mengatasi kesehatan manusia atau pengurusan binatang, ekonomi dari persoalan rumah tangga dan sebagainya. Banyak pembahasan ilmu yang begitu terkesan dengan pertalian antara anggapan umum dan ilmu sehingga menyatakan bahwa ilmu tidak lain daripada anggapan umum yang diorganisasikan dan diklasifikasikan (Negel, 1961: 3). Bahkan sering dijadikan lelucon bahwa pekerjaan ilmuwan sosial hanyalah menemukan apa yang sudah lama diketahui orang banyak.

Perbedaan Anggapan Umum dengan Ilmu:
  • Informasi anggapan umum biasanya tidak disertai dengan penjelasan mengapa itu terjadi. Ilmu berusaha menemukan dan merumuskan kondisi-kondisi yg menentukan terjadinya berbagai peristiwa. Pernyataan tentang kondisi-kondisi penentu inilah yg disebut penjelasan ilmiah
  • Informasi dalam anggapan umum mengandung konsep-konsep yang pengertiaanya luas atau kabur. Luas dlm arti bahwa makna / kelompok hal yg ditujukan o/ istilah tidak dibatasi secara jelas dan tajam. Kabur dlm arti hub. Di antara konsep-konsep itu tidak dirumuskan secara khusus dan cermat. Ilmu sebaliknya.
  • Anggapan Umum diterima tanpa diuji kebenarannya. Ilmu secara sistematis dan empiris menguji teori dan hipotesis yg dinyatakannya.
  • Anggapan umum tidak pernah mempersoalkan kontrol. Dalam pengertian ilmiah, kontrol berarti bahwa ilmuwan secara sistematis berusahan menghilangkan ikut sertanya variabel-variabel lain yang menjadi sebab terjadinya peristiwa tertentu selain variabel yg dihipotesiskan sebagai penyebab.
  • Ilmu dalam menjelaskan gejala yg diamatinya, selalu berusaha menghindari penjelasan metefisis. Karena penjelasan metafisis yg tidak dapat diuji

Ilmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner. Disebut demikian, karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal dari dan menyangkut berbagai bidang keilmuan lainnya seperti linguistik, sosiologi, psikologi, antropologi, politik, dan ekonomi.  Hal ini yang terlihat secara jelas dalam pembahasan mengenai berbagai teori, model, perspekstif, dan pendekatan-pendekatan dalam ilmu komunikasi. Sifak kemultidisiplinan ini tidak dapat dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan kompleks, menyangkut berbagai macam aspek sosial, budaya, ekonomi, dan  politik dari kehidupan manusia.

Sebelum sampai pada bahasan tentang berbagai teori dan model dalam Ilmu Komunikasi, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pendekatan-pendekatan atau pandangan-pandangan dalam keilmuan yang berlaku di kalangan masyarakat akademis. Hal ini penting karena pandangan-pandangan tersebut merupakan kerangka dasar dari berbagai teori dan model yang ada dalam ilmu komunikasi.

Manurut Littlejohn (1989), secara umum dunia masyarakat secara ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau pendekatan. Pertama, pendekatan scientific, pendekatan humanistic, pendekatan social science.

Pendekatan scientific umumnya berlaku dikalangan ahli-ahli ilmu eksakta. Menurut pandangan ini ilmu diasosiasiakan sebagai objektifitas. Objektifitas yang dimaksud adalah objektivitas yang menekankan pada prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan philosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur. Secara individual para peneliti boleh jadi berbeda satu sama lainnya tentang bagaimana rupa atau macam dari bentuk dan struktur tersebut. Namun, apabila para peneliti melakukan penelitian terhadap suatu fenomena dengan menggunakan metode yang sama, maka akan dihasilkan temuan yang sama. Inilah hakekat dari objektivitas dalam konteks standarisasi objervasi dan konsistensinya.

Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas antara known (objek atau hal yang ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku atau pengawat). Salah satu bentuk metode penelitian yang lazim dilakukan adalah metode eksperimen. Melalui metode ini, peneliti secara sengaja melakukan suatu percobaan terhadap objek yang ditelitinya. Tujuan penelitian lazimnya diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab-akibat diantara dua variabel atau lebih, dengan mengontrol variabel lain. Prosedur yang umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan suatu perlakuan khusus kepada objek yang diteliti serta meneliti dampak atau pengaruhnya.

Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitasnya, maka kelompok pendekatan humanistic mengasosiasikan ilmu dengan subjektivitas. Perbedaan-perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain:
  1. Bagi aliran pendekatan scientific ilmu bertujuan untuk menstandarisasikan observasi, sementara aliran humanistic mengutamakan kreatifitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan-perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientifik memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu ”yang berada disana”, diluar diri pengmat peneliti. Di lain pihak, aliran humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang ”berada disini”, dalam arti berada dalam diri pengamat/peneliti.
  4. Aliran scientific memfocuskan perhatiannya pada ”dunia hasil penemuan”, sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada ”dunia para penemunya”.
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh ”konsensus”, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan tegas antara knower dan known, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.

Dalam konteks ilmu-ilmu social, salah satu bentuk metode penelitian yang lazim dipergunakan dari aliran humanistic ini adalah ”partisipasi observasi”. Melalui metode ini, si peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan dari orang-orang yang ditelitinya. Misalnya: bergaul, tinggal di rumah orang-orang tersebut, serta ikut serta dalam aktivitas sehari-hari mereka dalam kurun waktu tertentu. Interpretasi atas sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, tidak hanya didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara atau tanya-jawab dengan orang-orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar pengamatan langusung dan pengalaman berinteraksi dengan mereka.

Pandangan klasik dari aliran humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraiannya tentang hal tersebut. Karena sifatnya yang subjektif dan interpretatif, maka pendekatan aliran humanistic ini lazimnya cocok diterapkan untuk mengkaji persoalan-persoalan yang menyangkut sistem nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.

Aliran ketiga adalah pendekatan khusus ilmu pengetahuan sosial. Pendekatan yang diterapkan oleh para pendukung kelompok aliran ini pada dasarnya merupakan gabungan atau kombinasi dari pendekatan-pendekatan yang ada. Dalam banyak hal, pendekatan ilmu social merupakan perpanjangan dari pendekatan ilmu alam, karena beberapa metoda yang diterapkan banyak diantarannya yang diambil dari ilmu alam. Namun, metode-metode pendekatan aliran humanistic juga diterapkan.

Sekian artikel tentang Pengertian Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran Keilmuan. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  1. Beer, Jennifer, Intercultural Communication at Work, Washington, 1997.
  2. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003.
  3. Rumondor, Alex dkk, Komunikasi Antarbudaya, Universitas Terbuka, Jakarta, 1996.
  4. Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif; Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer