Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Komunikasi Sebagai Interaksi Simbolik Menurut Ahli

Pengertian Komunikasi Sebagai Interaksi Simbolik Menurut Ahli - Artikel ini membahas tentang bahasa sebagai hasil pikir akal budi manusia. Melalui artikel ini diharapkan mampu menjelaskan proses berpikir manusia dan mampu menjelaskan kembali bahasa sebagai hasil pikir akal budi manusia.

Komunikasi sebagai Interaksi Simbolik

Interaksio simbolik mengandung inti premis umum tentang komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer memisahkan 7 teori dasar dan proposisi metodologi dari interaksionis simbolik, masing-masing mengidentifikasikan konsep sentral dari tradisi interaksionisme simbolik sebagai berikut:
  1. Manusia mengerti sesuatu berdasarkan pengalaman. Persepsi manusia selalu didasari oleh filter simbolik. 
  2. Arti dipelajari dalam berinteraksi sesama manusia. Arti muncul dari perubahan simbol dari sebuah kelompok sosial. 
  3. Semua struktur sosial dan institusi diciptakan oleh manusia melalui interaksinya dengan manusia lain. 
  4. Perilaku individu tidak sepenuhnya didasari dari kejadian yang mendahuluinya, tetapi disengaja. 
  5. Pikiran terdiri dari percakapan internal yang berisi refleksi interaksi seseorang yang sudah dialami dengan orang lain. 
  6. Perilaku adalah dibuat/diciptakan di dalam kelompok sosial dalam proses interaksi. 
  7. Seorang tidak mengerti pengalaman manusia hanya dengan mengamati perilaku saja. Pengertian manusia beserta artinya bagi setiap kejadian harus dipastikan. 

Gambaran dari interaksionisme simbolik, seperti seseorang yang ingin mencapai tujuan melalui interaksinya dengan orang lain. Pengalaman mereka biasanya dibentuk oleh arti yang muncul dari penggunaan simbol – simbol dalam grup sosial. Arti yang merupakan inti dari pengalaman, adalah sebuah produk interaksi, membuat komunikasi menjadi inti pengalaman manusia.

Interkasionisme simbolik dibagi menjadi dua kelompok/aliran. Chicago School, yang diprakarsai oleh Herbert Blumer, yang diikuti oleh tradisi humanistik yang dibangun oleh George Herbert Mead. Blumer meyakini bahwa di atas seluruh pokok bahasan tentang manusia tidak dapat diperlakukan sama seperti pokok bahasan tentang benda.

Tujuan dari para peneliti adalah untuk berempati terhadap subyek, memasuki pengalaman nyata dari subyek, dan untuk menetapkan pengertian nilai dari manusia.seseorang. Blumer dan pengikutnya menolak pendekatan ilmiah dan kuantitatif dalam mempelajari perilaku manusia. Mereka menekankan kepada sejarah kehidupan, auto biografi, studi kasus, catatan harian, surat-surat, dan wawancara non terstruktur. Blumer secara khusus menekankan pentingnya observasi partisipan dalam studi komunikasi. Lebih lanjut lagi Tradisi Chicago melihat manusia sebagai sosok yang kreatif, inovatif, dan bebas dalam menentukan setiap situasi dengan cara yang tidak dapat diprediksi. Pribadi (Self) dan Masyarakat dipandang sebagai proses, bukan struktur, membekukan proses berarti akan kehilangan hakekat dari hubungan manusia/pribadi dan masyrakat.

Iowa School mengambil langkah yang lebih ilmiah dalam mempelajari interaksi. Manford Kuhn dan Carl Couch pendahulunya, meyakini bahwa konsep interaksionis dapat dioperasionalisasikan. Meskipun Kuhn meyakini proses alamiah dari perilaku, ia berpendapat bahwa pendekatan struktural objektif lebih berarti dari metode yang lebih lunak (yang dikembangkan oleh Blumer dalam Chicago School).

Pengertian Komunikasi Sebagai Interaksi Simbolik Menurut Ahli_
image source: www.brainsins.com

Ketiga konsep pokok dalam teori Mead tercakup dalam judul bukunya Self, Society and Mind. Ketiga kategori ini merupakan aspek yang berbeda dalam proses umum yang sama, yaitu aspek sosial. Aspek sosial merupakan aspek yang berhubungan dengan aspek psikologi dan sosial. Aktifitas/tindakan adalah unit kompleks dari ketentuan, yang tidak dapat dianalisa ke dalam sub bagian yang lebih khusus.Tindakan dapat lebih sederhana dan singkat seperti contoh mengikat sepatu, atau dapat menjadi panjang dan kompleks seperti memenuhi rencana hidup.

Tindakan berhubungan satu sama lain dan dibangun dalam susunan hirarkhi melalui waktu. Tindakan dimulai dengan rangsangan, tindakan melibatkan persepsi dan menetapkan arti, pengulangan mental, pemilihan alternatif dan penyempurnaan Dalam bentuk dasarnya, aktifitas sosial melibatkan 3 bagian hubungan, gesture perorangan, respon gesture tersebut oleh orang lain, dan hasil dari tindakan tersebut – artinya, yang dipersepsikan oleh kedua belah pihak. Sebagai contoh dalam keseluruhan misalnya ada seorang perampok yang menginginkan sesuatu dari korban, si korban merespon dengan memberikan uang atau barang yang lain, hasil yang diharapkan oleh kedua pihak terjadi. Si perampok ingin mendapatkan sesuatu, yang dirampok tidak ingin celaka, memberikan apa yang dimilikinya, terjadi tindakan.

Bahkan tindakan seseorang, seperti berjalan sendiri, merupakan interaksi karena hal tersebut didasari oleh gesture dan respon yang terjadi berulangkali pada masa lalu dan terus berada dalam pikiran seseorang. Seseorang tidak mungkin berjalan sendiri tanpa didasari oleh arti dan aksi yang dipelajari pada interaksi sosial di masa lalu.

Joint Action dari kelompok manusia seperti pernikahan, perdagangan, perang, ibadah bersama, terdiri dari interaksi kecil yang saling berhubungan. Blumer mencatat bahwa dalam masyarakat yang lebih maju, porsi terbesar dari tindakan kelompok terdiri dari proses perulangan dengan pola yang stabil dimana proses – proses umum tersebut sudah biasa dialami oleh orang–orang dalam kelompok tersebut. Karena frekuensi dari pola dan stabilitas arti, ilmuwan lebih cenderung melihat atau memperlakukan hal tersebut sebagai struktur, melupakan permulaan sebuah interaksi. Blumer mengingatkan kita untuk tidak melupakan bahwa situasi yang baru menampilkan permasalahan, penyelesaian dan redefinisi.

Bahkan dalam pengulangan sebuah pola grup, tidak ada sesuatu yang permanen. Setiap kasus harus dimulai dengan tindakan individual. Bagaimanapun juga solidnya sebuah tindakan grup, hal tersebut tetap berakar pada pilihan individu. Proses sosial dalam kelompok yang menciptakan dan mempertahankan peraturan, bukan peraturan yang menciptakan dan mempertahankan kelompok.

Modul Makalah - Hubungan antar jaringan mungkin dapat terjadi/muncul, diperluas dan dihubungkan melalui jaringan yang kompleks. Sebuah jaringan atau institusi tidak berfungsi secara otomatis karena beberapa dinamika internal atau sistem yang disyaratkan: institusi tersebut berfungsi karena manusia melakukan sesuatu dan apa yang mereka lakukan adalah hasil dari bagaiamana mereka mendefinsikan situasi dan mereka mengambil suatu tindakan.

Masyarakat atau kelompok, merupakan cluster dari perilaku yang kooperatif dari suatu anggota kelompok sosial. Kerjasama/saling memahami individu membutuhkan pengertian terhadap minat dari komunikan. Karena proses berpikir merupakan proses menggambarkan tindakan yang akan diambil, bagian dari merasakan penilaian orang lain terhadap apa yang ingin dilakukan oleh orang tersebut. Kerjasama terdiri dari membaca apa yang dilakukan orang lain dan keinginan serta respon dengan cara tertentu. Kerjasama/saling memahami merupakan pusat dari komunikasi antara pribadi.

Catatan dari respon timbal balik dengan menggunakan bahasa membuat sebuah interkasionisme simbolik menjadi suatu pendekatan penting dalam teori komunikasi. Manusia menggunakan simbol dalam komunikasinya. Simbolnya akan diterjemahkan oleh komunikan, yang akan membawa arti penting dalam kehidupan sosial. Arti merupakan produk dari kehidupan sosial. Arti merupakan sesuatu yang dimiliki seseorang sebagi hasil dari interaksi dengan orang lain tentang sesuatu objek yang didefinisikan oleh keduanya. Sebuah objek tidak berarti bagi seseorang kecuali jika berinteraksi dengan orang lain. Sebagai contoh, mungkin kita belum pernah mendengar tentang telephon toilet tetapi hal tersebut akan menjadi berarti bagi seorang narapidana untuk dapat berhubungan dengan napi lain di penjara misalnya dengan cara memberikan sandi/kode melalui ketukan pipa toilet, itulah yang disebut dengan telepon toilet.

Apa yang membedakan pandangan interaksionis tentang arti adalah penekanan pada interpretasi yang sadar. Sebuah objek memiliki arti bagi seseorang jika orang tersebut dapat menginterpretasikan objek itu. Proses dalam menangani arti pada dasarnya adalah percakapan internal: Pelaku komunikasi memilih, memeriksa, menunda, menggabungkan diri dan membentuk arti dalam situasi dimana ia ditempatkan dan diarahkan tindakannya. Dengan jelas, simbol harus memiliki makna gabungan untuk masyarakat agar dapat eksis. Mead menyebut gesture sebagai simbol yang signifikan. Masyarakat muncul dari simbol – simbol yang signfiikan dalam sebuah kelompok.

Karena kemampuan untuk melafalkan simbol, secara literal kita dapat mendengar diri kita dan dapat merespon diri sendiri seperti orang lain merespon diri kita. Kita dapat membayangkan bagaimana rasanya menerima pesan kita sendiri, dan kita dapat berempati dengan pendengar dan mengambil alih posisi pendengar, secara mental memahami maksud orang lain.

Masyarakat terdiri dari jaringan interaksi sosial dimana para partisipan menetapkan arti untuk dirinya sendiri dan tindakan orang lain melalui penggunaan simbol. Bahkan dalam berbagai institusi masyarakat, dibangun dari interaksi orang-orang yang terlibat dalam institusi tersebut. Mempertimbangkan sebuah contoh berikut ini tentang pengadilan di Amerika Serikat.

Pengadilan tidak lebih dari sekedar interaksi antara hakim, juri, jaksa penuntut, saksi, panitera, reporter, dsb, yang menggunakan bahasa untuk berinteraksi satu sama lain. Pengadilan tidak berarti apabila tidak ada interpretasi dari tindakan semua pihak yang terlibat. Hal yang sama juga terjadi pada sekolah, pemerintahan, industri, dll.

Saling merespon orang lain dan merespon diri sendiri merupakan konsep penting dari Mead, Berikut ini adalah pandang mengenai The Self oleh Mead. Pernyataan bahwa seseorang adalah Diri/Pribadi, mengimplikasikan bahwa individu itu dapat bertindak pada dirinya sendiri dan pada orang lain. Seorang individu mungkin bereaksi kepada dirinya sendiri dan merasa bangga, gembira, memotivasi, atau seseorang dapat menjadi marah atau tidak suka pada diri sendiri. Cara pertama seseorang dapat meihat dirinya sendiri seperti orang lain melihat dirinya adalah melalui, pengambilanperan seperti orang lain melihat diri kita. Tentu saja tindakan ini tidak mungkin dilakukan tanpa bahasa (simbol yang signifikan), Melalui bahasa, seorang anak belajar merespon, memperhatikan, dan belajar memahami orang lain. Ide tentang generalized other adalah inti dari teori Mead tentang Self. Generalized other merupakan peran gabungan dari seorang individu melihat dirinya (atau orang lain melihat dirinya). Ini merupakan persepsi individual (kita) sebagai cara orang lain melihat kita.

Diri memiliki dua sisi, masing- masing bertindak sebagai fungsi esensial dalam kehidupan orang. “Aku “adalah seseorang yang impulsif, tidak teratur, tidak dapat ditebak, sebagai bagian dari orang. “Daku” adalah generalized other, dibuat dari pola konsisten yang terorganisir, berbagi dengan orang lain. Setiap tindakan mulai dengan rangsangan dari “Aku” dan dengan cepat dikontrol oleh “Daku”. “Saya”merupakan kekuatan pendorong dari sebuah tindakan sedangkan “Daku” adalah sebagai penuntun dan pengarah. Mead menggunakan konsep “Daku” untuk menjelaskan perilaku yang dapat diterima secara sosial dan “Aku” untuk menjelaskan kreasi, rangsangan yang tidak dapat diprediksi dalam pribadi seseorang. Sebagai contoh, Kebanyakan orang akan secara bebas mengubah situasi hidupnya untuk mengubah konsep dirinya. Di sini “Aku”menggerakkan orang untuk berubah,pada saat yang sama “Daku” tidak mengijinkan untuk berubah. Seperti contoh perubahan terjadi pada saat seorang pelajar masuk ke perguruan tinggi.

Banyak siswa SMA memutuskan ingin masuk perguruan tinggi hanya karena ingin “Daku”nya menjadi baru, melalui berasosiasi dengan kelompok mahasiswa dan melalaui memantapkan generalized other yang baru. Inilah yang dimaksud apabila seseorang menyatakan ingin berubah.

Kemampuan untuk menggunakan simbol yang signifikan untuk merespon arahan seseorang kepada kemungkinan dari pengalaman untuk berpikir bahwa hal tersebut mungkin atau tidak mungkin dilakukan dalam kehendak yang jelas itulah yang disebut dengan “Mind”. Pikiran dapat didefinisikan sebagai proses berinteraksi dengan diri sendiri. Kemampuan ini yang berkembang bersama Diri/Pribadi (“Self”) sangat penting bagi kehidupan manusia, dalam semua segi.. Proses berpikir (“Minding”) melibatkan keraguan (menunda tindakan), ketika seseorang menginterpretasikan situasi. Pikiran kadang – kadang muncul diantara situasi masalah dimana individu harus mengambil tindakan. Seseorang membayangkan beberapa kemungkinan, kemudian menyeleksi dan mencoba berbagai kemungkinan.

Karena orang memiliki simbol signifikan yang mengijinkan mereka menamai konsepnya, seseorang dapat mentransfer sedikit rangsangan menjadi objek yang nyata. Objek merupakan bagian dari seseorang. Individu mendefinisikan objek untuk sebuah tindakan yang akan dilakukan terhadap objek tersebut. Segelas sirup adalah minuman ketika kita ingin meminumnya (tidak diminum). Objek menjadi objek melalui proses pemikiran simbolik seseorang, ketika seseorang memvisikan tindakan baru atau tindakan yang berbeda akan objek tersebut, objek akan berubah.

Bagi Blumer, objek terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu fisik (benda), sosial (orang), dan abstrak (ide). Dan semua membutuhkan arti melalui interaksi simbolik. Objek dapat memiliki arti berbeda bagi orang yang berbeda, tergantung kepada pandangan komunikan. Contoh, seorang polisi memiliki pandangan tertentu pada penduduk dari pemukiman tertentu (misalnya kumuh) dan memiliki pandangan berbeda terhadap penduduk dari kalangan tertentu. Interaksi yang berbeda dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan dua lingkungan yang berbeda. Atau disimpulkan bahwa ringkasan pemikiran dari kedua tokoh ini yang dikutip dari bukunya Prof.Onong Uchyana Effendy adalah:

George Herbert Mead

Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolik, karena pemikirannya yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya, menerangkan asal mulanya dan meramalkannya. Pikiran manusia menerobos dunia luar, seolah-olah mengenalnya dari balik penampilannya. Ia juga menerobos dirinya sendiri dan membuat hidupnya sendiri menjadi objek pengenalannya yang disebut Mead self, yang dapat kita terjemahkan menjadi aku atau diri. Self dikenalnya mempunyai ciri-ciri dan status tertentu. Manusia yang ditanya siapa dia. akan menjawab bahwa ia bernama anu, beragama anu, berstatus sosial anu, dan lain sebagainya.

Cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) rnenjadi bagian dari perilaku manusia, yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. lnteraksi itu membuat dia mengenal dunia dan dia sendiri. Mead mengatakan bahwa pikiran (mind) dan aku/diri (self) berasal dan masyarakat (society) atau proses-proses interaksi.

Bagi Mead tidak ada pikiran yang lepas bebas dan situasi sosial. Berpikir adalah hasil internalisasi, proses interaksi dengan orang lain. Berlainan dengan reaksi binatang yang bersifat naluriah dan langsung, perilaku manusia diawali oleh proses pengertian dan penafsiran. Sehubungan dengan proses-proses tersebut yang mengawali perilaku pada manusia, maka konsep role taking (pengambilan peran) amat penting. Sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi orang lain dan mencoba untuk memahami apa yang diharapkan orang itu. Hanya dengan menyerasikan diri dengan harapan-harapan orang lain, maka interaksi menjadi mungkin.

Semakin mampu seseorang mengambil alih atau membatinkan peran-peranan sosial, semakin terbentuk identitas atau kediriannya. Pada akhir proses ini orang bérsangkutan memiliki suatu gambaran tentang generalized other atau orang lain pada umumnya. Tidak lagi peranan seseorang, misalnya seorang suami atau seorang polisi, secara khusus membentuk gambaran itu, melainkan peranan suami, atau polisi pada umumnya yang lebih abstrak. Setelah belajar untuk jangka waktu lama, the generalized other mengganti orang-orang konkret serta harapan mereka. Sekarang yang belajar itu telah membatinkan nilai-nilai, makna-makna, dan norma-norma kelompok serta menyesuaikan pengertiannya, penafsirannya dan keIakuannya kepada semuanya itu.

Jelasnya, generalized other adalah persepsi seseorang mengenai cara orang lain melihat dia. Konsep dri (self concept)-nya tirnbul untuk disatukan dan diorganisasikan melalui internalisasi orang lain secara umum itu. Ada dua segi dari self tadi yang masing-masing melakukan fungsi penting dalam kehidupan manusia yang dapat diterjemahkan sebagai Aku yang merupakan bagian yang unik, impulsif, spontan, tidak terorganisasikan, tidak bertujuan dan tidak dapat diramal dari seseorang. Me atau Daku (meminjam istilah Veeger) itulah generalized other yang terbina dengan pola-pola yang terorganisasikan secara ajeg dari orang lain. (The I is the unique, impulsive, spontaneous, unorganized, undirected, and unpredictable part of the person.

The Me is the generalized other, made up of the organized and consistant patterns shared with others). Setiap kegiatan dimulai dari impuls atau gerak hati pada I yang segera dikontrol oleh Me. Dalam suatu kegiatan I adalah daya gerak, sedangkan Me melakukan bimbingan dan panduan. Mead menggunakan konsep Me untuk menerangkan perilaku yang secara sosial diterima dan diadaptasi dari I untuk menjeiaskan gerak hati yang kreatif dan tidak dapat diramal pada seseorang. Dapat disimpulkan bahwa Mead meninjau seseorang sebagai organisme yang secara biologis berkembang dengan pikiran yang rasional dan otak yang mampu.

Dengan menggunakan kial (gesture) dan pengambilan peranan. orang meniadi objek bagi dirinya. dalam pengertian dia melihat dirinya sebagairnana orang lain melihatnya. Orang itu membatinkan pandangan dirinya secara umum dan dengan demikian berperilaku secara ajeg. Dengan pikirannya, orang merencanakan dan melatih perilaku simbolik sebagal persiapan sebelum berinteraksi dengan orang lain.

Herbert Blumer

Blumer mengawali pemikirannya mengenai interaksi sirnbolik dengan tiga dasar pemikiran penting sebagai banikut:
  1. Manusia berperilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang dimiliki hal-hal tersebut baginya. (Human beings act toward things on the basis of the meanings that the things have for them). 
  2. Makna hal-hal itu berasal dari, atau muncul dari; interaksi sosial yang pernah dilakukan dengan orang lain. (The meaning of such things is derived from, or arises out of, the social interaction that one has with one’s fellows). 
  3. Makna-makna itu dikelola dalam, dan diubah melalui, proses penalsiran yang dipergunakan oleh orang yang berkaitan dengan hal-hal yang dijumpainya (These meanings are handled in, and modified through, an interpretive process used by the person in dealing with the things he encounters)

1. Konsep diri

Manusia bukan semata mata organisme yang bergerak di bawah pengaruh Perangsang - perangsang baik dari dalam maupun dan luar, melainkan organ/sme yang sadar akan dirinya (an organism having a self). 

Oleh karena ia seorang diri; maka ia mampu memandang dininya sebagai objek pikirannya sendiri dan berinteraksi dengan dirinyà sendiri.

Ia mengarahkan dirinya kepada berbagai objek, termasuk dirinya sendiri, berunding dan berwawancara dengan dirinya sendiri. Ia mempermasalahkan, mempertimbangkan, menguraikan, dan menilai hal-hal tententu yang telah ditarik ke dalam lapangan kesadarannya, dan akhirnya ia merencanakan dan mengorgañisasikan perilakunya. Antara perangsang dengan penilakunya tersisipi, proses interaksi. dengan din sendiri tadi. Inilah kekhasan manusia.

2. Konsep Kegiatan

Oleh karena perilaku manusia dibentuk dengan dengan diri sendiri, maka kegiatan nya itu berlainan dengan kegiatan makhluk-makhluk lain. Manusia menghadapkan dirinya pada berbagai.hal, seperti uji perasaan, kebutuhan, perbuatan dan harapan serta bantuan orang lain, citra dirinya (self image), cita-citanya. dan lain sebagainya. Maka, ia merancang kegiatannya yang tidak semata-mata sebagai reaksi biologis terhadap kebutuhannya, norma kelompoknya, atau situasinya, melainkan merupakan konstruksinya. Adalah manusia sendiri yang menjadi konstruktor perilakunya

3. Konsep Objek

Manusia hidup di tengah-tengah objek. Objek meliputi segala sesuatu yang menjadi sasaran perhatian manusia. Objek bisa bersifat konkret seperti kursi, dapat pula abstrak seperti kebebasan, bisa juga pasti seperti golongan darah atau agak kabur seperti ajaran filsafat.

Inti hakiki objek ditentukan oleh minat seseorang dan makna yang dikenakan kepada objek tersebut. Jadi. menurut Blurter, tidak hanya kegiatan atau perbuatan yang harus dilihat sebagai konstruksi, tetapi juga objek.

4. Konsep Interaksi Sosial

lnteraksi berarti proses pemindahan dri pelaku yang terlibat secara mental ke dalam posisi orang lain. Dengan demikian, mereka mencoba mencari makna yang oleh orang lain diberikan kepada aksinya memungkinkan terjadinya komunikasi atau interaksi.

Jadi, interaksi tidak hanya berlangsung melalui gerak-gerak secara fisik saja, melainkan melalui lambang-lambang yang maknanya perlu dipahami. Dàlam interaksi simbolik seseorang mengartikan dan menafsirkan gerak orang lain dan bertindak sesuai makna yang dikandungnya

5. Konsep aksi bersama

lstilah aksi bersama sebagai terjemahan dan “joint action’ jadi berarti kegiatan kolektif yang tinnbul dan penyesuaian dan penyerasian perbuatan orang - orang satu sama lain. Blumer memberikan contoh transaksi dagang, makan bersama keluarga upacara pernikahan, diskusi, sidang pengadilan, peperangan dan sebagainya. Analisis aksi bersama ini menunjukkan bahwa hakikat masyarakat, kelompok atau organisasi tidak harus dicari dalam struktur relasi-relasi yang tetap, melainkan dalam proses aksi yang sedang berlangsung. Tanpa aksi setiap struktur relasional tidak dapat dipahami secara atomistis, melainkan sebagai aksi bersama dimana unsur-unsur individual dicocokkan satu sama lain dan melebur.

Sekian artikel Modul Makalah tentang Pengertian Komunikasi Sebagai Interaksi Simbolik Menurut Ahli.

Daftar Pustaka
  • Bertens, K, Etika, Gramedia, Jakarta, 2001
  • Effendy, Onong Uchyana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.
  • Katsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2007.
  • Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika dari A-Z, Kanisius, Yogyakarta, 1997
  • Suseno, Franz Magnis, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius, Yogyakarta, 1989
  • Soehoet, AM.Hoeta, Teori Komunikasi I, IISIP, Jakarta, 2002
  • Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001
  • Sutarno, Alfonsus. Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kanisius. 2008
  • Titus, Harold H,Smith, Nolan (alih bahasa) Rasjidi, Persoalan – Persoalan Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta, 2007.
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer

Posting Komentar untuk "Pengertian Komunikasi Sebagai Interaksi Simbolik Menurut Ahli"