Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Johari Window Tentang Analisis Konsep Diri Dalam Komunikasi

Teori Johari Window Tentang Analisis Konsep Diri Dalam Komunikasi - Merupakan sebuah model yang dikenal sebagai Johari Window menggambarkan proses memberi dan menerima umpan balik. Teori ini dikembangkan oleh Psikolog Joseph Luft dan Harry Ingham untuk program proses kelompok mereka. Model tersebut sebagai jendela komunikasi melalui mana Anda memberi dan menerima informasi tentang diri Anda dan orang lain.

Melalui proses umpan balik, kita melihat diri kita seperti orang lain melihat kita. Melalui umpan balik, orang lain juga belajar bagaimana kita melihat mereka. Umpan balik memberikan informasi kepada seseorang atau kelompok baik dengan komunikasi verbal atau nonverbal. Informasi yang Anda berikan memberitahu orang lain bagaimana perilaku mereka mempengaruhi Anda, bagaimana Anda rasakan, dan apa yang Anda anggap (umpan balik dan keterbukaan diri).

Teori Johari Window Tentang Analisis Konsep Diri Dalam Komunikasi_
image source: www.pinterest.com
baca juga: Mendengarkan, Empati, dan Persuasi dalam Komunikasi Interpersonal

The Johari Window model, terdiri dari 4 kuadran, seperti digambarkan diagram di bawah ini :

Teori Johari Window Tentang Analisis Konsep Diri Dalam Komunikasi 2_

Penjelasan keempat kuadran tersebut adalah :

Quadrant 1: Open Area

What is known by the person about him/herself and is also known by others.

Berisi hal-hal yang aku tahu tentang diriku dan juga diketahui oleh orang lain. Ditandai dengan pertukaran informasi antara diri dan orang lain dengan bebas. Pada kuadran ini terdapat tingkat kepercayaan antar individu yang tinggi, sehingga dengan mudahnya berbagi informasi tentang hal-hal pribadi.

Quadrant 2: Blind Area, or "Blind Spot"

What is unknown by the person about him/herself but which others know.

Berisi informasi yang saya tidak tahu tentang diriku sendiri, tapi diketahui oleh orang lain. Orang lain mendapatkannya melalui komunikasi non verbal yang saya lakukan, misalnya melalui sikap, cara saya mengatakan sesuatu hal, atau gaya di mana saya berhubungan dengan orang lain, saya mungkin tidak tahu bahwa saya selalu berpaling dari seseorang ketika saya berbicara atau bahwa saya selalu berdehem sebelum mengatakan sesuatu.

Quadrant 3: Hidden or Avoided Area

What the person knows about him/herself that others do not.

Berisi informasi yang saya tahu tentang diriku sendiri, tetapi orang lain tidak tahu. Saya menjaga hal-hal yang tersembunyi dari mereka. Saya mungkin takut bahwa jika kelompok itu tahu perasaan saya, persepsi, dan pendapat mengenai kelompok atau individu dalam kelompok, mereka mungkin menolak, menyerang, atau menyakiti saya. Akibatnya, saya menahan informasi ini. Sebelum mengambil risiko mengatakan sesuatu kepada orang lain, saya harus tahu ada unsur mendukung dalam kelompok kami. Saya ingin anggota kelompok untuk menilai saya positif ketika saya mengungkapkan perasaan, pikiran, dan reaksi. Saya harus mengungkapkan sesuatu tentang diri saya untuk mengetahui bagaimana anggota akan bereaksi. Di sisi lain, saya dapat menyimpan informasi tertentu untuk diriku sendiri sehingga saya bisa memanipulasi atau mengendalikan orang lain.

Quadrant 4: Unknown Area

What is unknown by the person about him/herself and is also unknown by others.

Berisi hal-hal yang baik saya sendiri maupun orang lain tidak tahu mengenai hal-hal tentang saya. Aku mungkin tidak pernah menyadari bahwa hal tersebut terkubur jauh di bawah permukaan di daerah bawah sadar saya. Daerah ini diketahui merupakan dinamika intrapersonal, kenangan masa kanak-kanak, potensi laten, dan sumber daya (kemampuan atau potensi diri) yang belum diakui. Batas-batas internal perubahan panel tergantung pada jumlah umpan balik dicari dan diterima. Mengetahui semua tentang diri sendiri adalah sangat tidak mungkin, dan ekstensi tidak dikenal dalam model merupakan bagian dari diriku yang selalu akan tetap tidak diketahui.

Proses pengembangan dari kuadran yang terbuka secara vertical disebut self-disclosure (=pengungkapan diri), dimana terjadi proses “take and give” (saling memberi dan menerima) antar individu yang saling berinteraksi/berhubungan/berkomunikasi.

Seiring dengan proses sharing informasi, boundary yang berbatasan dengan hidden quadrant bergerak ke bawah, dan ketika orang mulai berkomunikasi maka tingkat kepercayaan diantara mereka pun mulai dibangun.

Tip 1:
Jangan gegabah dalam pengungkapan diri. Mengungkapkan hal yang tidak berbahaya bisa membangun kepercayaan. Namun, mengungkapkan informasi dapat merusak kepercayaan orang kepada anda sehingga menempatkan anda dalam posisi yang lemah.

Tip 2:
Berhati-hatilah dalam cara memberikan feedback (umpan balik). Latar belakang budaya yang berbeda-beda sangat mempengaruhi dalam penerimaan umpan balik tersebut. Ada beberapa budaya yang sangat terbuka dalam menerima umpan balik, namun ada juga yang tidak. Maka sebaiknya anda lebih sensitive dalam hal ini dan mulailah secara bertahap.

Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer

3 komentar untuk "Teori Johari Window Tentang Analisis Konsep Diri Dalam Komunikasi"